KOMPAS.com - Lockdown Covid-19 yang dilakukan sejumlah negara termasuk di Afrika memberi dampak positif terhadap berkurangnya perburuan badak.
Badak menjadi satwa paling rentan dari kepunahan yang disebabkan oleh tingginya aktivitas perburuan.
Namun, sepanjang lockdown akibat Covid-19 telah membawa kabar baik di benua hitam, sebab pembunuhan badak turun hingga lebih dari 50 persen dalam 6 bulan pertama di tahun 2020.
Dikutip dari The Guardian, Sabtu (1/8/2020), aktivitas perburuan yang menurun ini salah satunya dikarenakan gangguan penerbangan internasional yang menghambat akses para pemburu.
Baca juga: Banjir Melanda India, 8 Badak Langka Mati di Taman Nasional Kaziranga
Jumlah badak Afrika Selatan yang terbunuh oleh para pemburu turun drastis selama 6 bulan pertama di tahun ini.
Sebagian besar dikarena aktivitas penguncian atau lockdown yang dilakukan sejumlah negara yang terkena dampak pandemi virus corona sejak awal 2020 lalu.
Barbara Creecy, menteri lingkungan hidup, kehutanan dan perikanan mengatakan selama enam bulan pertama di tahun ini, 166 badak diburu di Afrika Selatan.
Baca juga: Gajah dan Badak Terancam Punah, Inilah Peran Mereka bagi Bumi
Sedangkan pada tahun sebelumnya, ada 316 badak yang diburu diparuh pertama tahun 2019 lalu, dan pada tahun ini menurut sedikitnya 53 persen.
"Kami telah mampu menahan peningkatan kehilangan badak," kata Creecy.
Perburuan badak telah menjadi momok yang terus diperangi Afrika Selatan selama bertahun-tahun, hal itu dipicu oleh tingginya permintaan terhadap tanduk atau cula mereka di Asia.
Sebagian besar permintaan cula badak berasal dari China dan Vietnam, di mana tanduk didambakan sebagai obat tradisional, afrodisiak atau simbol status.