Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capai 104.000 Kasus, Bagaimana Kapasitas Rumah Sakit di Indonesia?

Kompas.com - 30/07/2020, 13:18 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020, jumlah kasus Covid-19 yang sudah dikonfirmasi pemerintah hingga Rabu (29/7/2020) pukul 12.00 WIB adalah 104.432.

Dari angka tersebut, 62.138 pasien dinyatakan sembuh dan 4.975 orang meninggal karena Covid-19.

Ini artinya, ada 37.319 orang di Indonesia yang positif Covid-19 dan berjuang sembuh.

Berkaitan dengan kasus positif ini, apakah kapasitas rumah sakit di Indonesia dapat menampung pasien Covid-19?

Baca juga: 4 Gelombang Besar Covid-19 yang Menghantam Sistem Layanan Kesehatan

Sebelumnya perlu diketahui, dari 37.319 orang yang dikonfirmasi positif Covid-19, tidak semuanya mendapat perawatan di rumah sakit.

Pasien Covid-19 dengan kondisi gejala ringan ada yang melakukan isolasi mandiri dan beberapa daerah mengubah hotel atau wisma menjadi tempat karantina terpusat.

Menurut Ketua Departemen Menejemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Irwandy, SKM, MScPH, MKes, setidaknya ada 20-30 persen pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

"Jadi kalau kita berbicara tentang kapasitas rumah sakit, untuk kondisi saat ini, beberapa rumah sakit di daerah masih mencukupi (menampung pasien)," kata Irwandy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/7/2020).

Maksud dari kapasitas mencukupi di sini adalah tempat tidur yang ada di rumah sakit masih dapat menampung pasien.

Namun, yang menjadi persoalan adalah tenaga kesehatannya.

"Yang menjadi persoalan, kalau kita berbicara tentang kapasitas rumah sakit, kita tidak hanya berbicara tentang tempat tidur yang kosong. Namun, kita juga harus bicara tentang orang yang akan merawat pasien," imbuh Irwandy.

Dia memberi contoh, pada Mei lalu rumah sakit di Surabaya kewalahan menangani lonjakan Covid-19. Kewalahan di sini bukan hanya masalah tempat tidur, melainkan juga tenaga medisnya.

"Tempat tidur mungkin masih tersedia beberapa, tapi sumber daya manusia yang mengobati kurang dan ini menghambat juga. Jadi penutupan rumah sakit bisa terjadi," ujar Irwandy.

Warga mengikuti tes cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di Lapangan Hoki, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) telah melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 terhadap 34.021 orang serta tes usap (Swab Test) COVID-19 terhadap 4.637 orang di Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) sampai Sabtu (20/6/2020) sebagai upaya untuk memutus rantai penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.ANTARA FOTO/Didik Suhartono Warga mengikuti tes cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di Lapangan Hoki, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) telah melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 terhadap 34.021 orang serta tes usap (Swab Test) COVID-19 terhadap 4.637 orang di Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) sampai Sabtu (20/6/2020) sebagai upaya untuk memutus rantai penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.

"Yang perlu dikhawatirkan, tidak semua daerah memiliki kapasitas seperti Jakarta maupun Surabaya. Jumlah tempat tidur kita secara nasional cukup, yang jadi masalah adalah sisi distribusi."

Dia mengingatkan, jika kasus Covid-19 meningkat pada daerah-daerah tertentu, maka kejadian seperti di Surabaya dapat terjadi kembali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com