Oleh: Sri Yudawati Cahyarini
INDONESIA terletak diantara dua Samudra luas yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, yang dikenal sebagai kolam air hangat (dikenal dengan istilah west Pacific warm pool) yang memegang peranan penting dalam perubahan iklim global yaitu perubahan curah hujan, suhu, dll. Di wilayah ini, rata rata suhu sangat tinggi (>28°) dan curah hujan melimpah.
Perubahan iklim global dan juga variabilitas iklim kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh fenomena iklim yaitu El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD).
ENSO adalah interaksi antara atmosfer dan lautan di wilayah tropis samudra Pasifik yang menghasilkan anomali tekanan dan suhu permukaan laut di bawah normal atau di atas normal. ENSO terdiri dari tiga fasa yaitu yang disebut dengan istilah fasa netral, El Niño (fasa hangat) dan La Niña (fasa dingin).
Pada saat kondisi normal. angin Pasat yang bertiup ke arah barat, mendorong masa air laut Pasifik lapisan atas yang hangat ke arah barat, menyebabkan air yang hangat ini menumpuk di wilayah Pasifik bagian barat ( Indonesia dan sekitarnya).
Sebaliknya, di wilayah Pasifik bagian timur (pesisir barat benua Amerika), bagian air laut yang dalam naik ke permukaan menyebabkan suhu permukaan laut dingin. Hal ini sering disebut dengan upwelling.
Pada saat terjadi El Niño, terjadi perubahan pola tekanan udara yang merubah pula pola angin sehingga massa air hangat yang biasa nya menumpuk di wilayah Pasifik barat akan menumpuk di wilayah Pasifik timur. Dalam kondisi El Niño, suhu di wilayah Indonesia menjadi lebih rendah dari biasanya dan di wilayah pantai barat Amerika menjadi lebih tinggi dari biasanya.
Hal yang sebaliknya terjadi pada saat La Niña, yang dicirikan dengan periode suhu permukaan laut di bawah rata-rata melintasi Pasifik bagian timur.
Fenomena iklim global lainya yang serupa dengan ENSO adalah IOD yang terjadi di wilayah tropis samudra Hindia. Perubahan pola angin di Samudra Hindia menggeser massa air hangat dari wilayah Samudra Hindia bagian timur ke barat, sehingga terjadi pendinginan di wilayah timur samudra Hindia (Indonesia) karena adanya upwelling.
Uap air di wilayah ini menimbulkan sedikit curah hujan, sedangkan di wilayah barat Samudra Hindia atau pantai timur Afrika terjadi pemanasan menimbulkan peningkatan curah hujan. Kejadian ini disebut sebagai IOD positif.
Hal sebaliknya terjadi pada IOD negatif, pemanasan suhu permukaan laut terjadi di wilayah timur samudra Hindia (Indonesia) yang membawa peningkatan curah hujan di wilayah ini dan sedikit hujan di wilayah barat samudra Hindia (Afrika) karena adanya pendinginan suhu permukaan laut.
Kedua fenomena iklim ENSO/IOD ini mampu mempengaruhi variabilitas iklim di muka bumi yaitu terjadinya perubahan pola curah hujan, suhu, angin, sirkulasi laut dan lain-lain.
Fenomena ini menjadi penting karena dapat menimbulkan bencana iklim seperti kekeringan, banjir, dan meningkatkan frekuensi badai di wilayah benua yang berbatasan dengan kedua cekungan ini, apalagi untuk wilayah Indonesia.
Pada saat El Niño akhir tahun 1997 terjadi bencana kekeringan di wilayah Indonesia, yang pada tahun 1998 diikuti kejadian La Niña yang menimbulkan banyak bencana banjir yang parah.
Tahun 2019 lalu, Indian Ocean Dipole memegang peran besar dalam bencana kekeringan parah yang terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan dan Australia. Tercatat suhu panas yang terjadi hampir sepanjang tahun 2019 yang dikenal dengan IOD positif. Kekeringan dan kebakaran hebat juga terjadi di Australia akibat IOD positif 2019 ini.