KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 sedang dihadapi dunia, tak terkecuali Indonesia.
Namun, seiring dengan merebaknya pandemi ini, simpang siur informasi, teori-teori konspirasi hingga hoaks tentang Covid-19 turut ramai memberi dampak yang cukup besar terhadap ketebukaan publik.
Lantas, bagaimana peran ilmuwan Indonesia menangkal serbuan informasi yang membingungkan hingga hoaks tentang pandemi ini?
Koordinator Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti mengatakan peran ilmuwan dalam hal ini adalah menarik kembali dan membuktikan policy yang tidak rasional, itu dapat lebih berbasis pada bukti ilmiah.
Baca juga: Konsorsium Riset Dorong Peran Ilmuwan Indonesia Hadapi Pandemi Corona
Dalam acara webinar yang diselenggarakan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan SISJ Indonesia; Ilmuwan Merespon Pandemi, Sabtu (25/7/2020), Prof Ghufron menyontohkan kaitannya manfaat rapid test, yang selama ini diyakini beberapa pihak tidak relevan.
Batasan dari penggunaan rapid test ini dapat dilihat dari beberapa sisi, yakni pada level scientist (ilmiah), teknokratik atau sudah ada pada level politk atau policy.
"Itu sebetulnya tidak jelas. Namun, batasan itu dapat dirasakan oleh mereka yang memiliki jam terbang. Sedangkan bagi scientist, seakan-akan semua itu adalah data, padahal secara ralitas apalagi policy, itu tidak seperti itu," ungkap Prof Ghufron.