Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Peran Ilmuwan Indonesia Menangkal Hoaks tentang Covid-19, Ahli Jelaskan

Kompas.com - 27/07/2020, 16:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 sedang dihadapi dunia, tak terkecuali Indonesia.

Namun, seiring dengan merebaknya pandemi ini, simpang siur informasi, teori-teori konspirasi hingga hoaks tentang Covid-19 turut ramai memberi dampak yang cukup besar terhadap ketebukaan publik.

Lantas, bagaimana peran ilmuwan Indonesia menangkal serbuan informasi yang membingungkan hingga hoaks tentang pandemi ini?

Koordinator Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti mengatakan peran ilmuwan dalam hal ini adalah menarik kembali dan membuktikan policy yang tidak rasional, itu dapat lebih berbasis pada bukti ilmiah.

Baca juga: Konsorsium Riset Dorong Peran Ilmuwan Indonesia Hadapi Pandemi Corona

Dalam acara webinar yang diselenggarakan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan SISJ Indonesia; Ilmuwan Merespon Pandemi, Sabtu (25/7/2020), Prof Ghufron menyontohkan kaitannya manfaat rapid test, yang selama ini diyakini beberapa pihak tidak relevan.

Batasan dari penggunaan rapid test ini dapat dilihat dari beberapa sisi, yakni pada level scientist (ilmiah), teknokratik atau sudah ada pada level politk atau policy.

"Itu sebetulnya tidak jelas. Namun, batasan itu dapat dirasakan oleh mereka yang memiliki jam terbang. Sedangkan bagi scientist, seakan-akan semua itu adalah data, padahal secara ralitas apalagi policy, itu tidak seperti itu," ungkap Prof Ghufron.

 

Kendati demikian, ditambahkan dia, pemerintah dan DPR telah mencoba menggabungkan apa yang diamanatkan dalam Undang-undang 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, termasuk policy yang dibuat pemerintah.

Intinya semua tentang rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang harus berbasis pada research atau penelitian.

"Hanya saja terlalu banyak faktor yang memengaruhi, sehingga masalah yang dihadapi sangat kompleks," jelas Prof Ghufron.

Baca juga: Penyebab Orang Tanpa Gejala Covid-19, Ilmuwan Ungkap Partikel Cacat Virus Corona

Contohnya, terkait dengan rapid test, Prof Ghufron menjelaskan sebagai diagnostik untuk menetapkan seseorang "konfirm" Covid-19 atau tidak, memang rapid test tidak digunakan untuk itu.

Namun, dari sisi policy, rapid test diperlukan sebagai screening, sebagai dasar untuk tindak lanjut penanganan terhadap orang yang terkonfirmasi positif infeksi virus corona ini.

"Jadi intinya, peran (ilmuwan menangkal hoaks tentang Covid-19) adalah menarik kembali, membuktikan dan menjelaskan dan memberikan data tentang policy yang dianggap kurang berbasis pada data ilmiah," jelas Prof Ghufron.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com