Literasi Keuangan Syariah Rendah, Ma'ruf Amin Beri Solusi Ini

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Indonesia, Ma'ruf Amin membeberkan sejumlah masalah yang dialami oleh sektor keuangan syariah di Indonesia.

Seperti literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia yang masih rendah, yakni sebesar 9,14 persen pada tahun 2022.

Angka ini masih jauh di bawah indeks literasi keuangan secara keseluruhan sebesar 49,68 persen.

"Padahal, literasi ini menjadi faktor intrinsik yang mendorong dan memotivasi masyarakat untuk mencari informasi terkait produk keuangan syariah," ucap Ma'ruf Amin dalam Seremonial pencatatan EBAS-SP SMF-BRIS01 di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023).

Selain itu, inklusi keuangan syariah nasional juga masih rendah, yaitu baru mencapai 12,12 persen yang tertinggal jauh dari inklusi keuangan konvensional 85,1 persen.

Pada kesempatan yang sama, Ma'ruf Amin turut menjelaskan bahwa Pemerintah terus menggerakkan literasi keuangan syariah di Indonesia sebagai solusi permasalahan.

Baca juga: Kolaborasi SMF dan BSI Fasilitasi KPR Syariah Lewat EBAS-SP

"Kita gerakan melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), bekerja sama dengan Ikatan Ahli Ekonomi Syariah dan Dewan Syariah Nasional untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat," imbuh Ma'ruf Amin.

Tak hanya di pusat, Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) juga digerakkan untuk memicu pengembangan ekonomi berbasis syariah di daerah.

Jelas Ma'ruf Amin, saat ini ada 16 KDEKS di seluruh Indonesia dan dalam waktu dekat akan bertambah menjadi 17.

"Kita harapkan akan terus naik indeks literasinya," tandas Ma'ruf Amin.