Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawan Bencana, Pembangunan Kawasan Wisata Bromo Dikritik Walhi

Kompas.com - 19/11/2021, 15:30 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Jakarta, Kompas.com - Proses pembangunan kawasan wisata di Kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru (TNBTS) mendapat kritik keras dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur karena dinilai rawan bencana.

Staf Walhi Jatim Lila Puspita menilai pembangunan proyek wisata di TNBTS ini memiliki potensi merusak alam karena berada di lokasi rawan bencana.

Bahkan di kawasan pembangunan proyek wisata tersebut sudah terdapat tanda papan bertuliskan 'kawasan rawan bencana'.

"Karena memang, di bawahnya (tanah) ada gas beracun yang bisa saja tiba-tiba keluar atau meledak, seperti itu. Selain itu juga ada kemiringan (tanah) hingga 60 derajat," kata Lila.

Baca juga: Butuh Rp 15 Miliar, Begini Penampakan Desain Jembatan Kaca di Bromo

Pemerintah lewat Kementerian PUPR berencana akan membangun sejumlah fasilitas guna mendukung kawasan pariwisata setempat.

Mulai dari pembangunan jembatan kaca, glamour camping (glamping), homestay hingga restoran di tiga titik yakni kawasan Jemplang, dari arah Probolinggo, dan arah Kabupaten Malang.

Selain dapat memicu terjadinya bencana, Lila mengatakan kawasan proyek wisata itu merupakan tanah hila-hila atau tanah suci bagi warga Tengger.

Selama ini, kehidupan warga Tengger dikenal sangat lekat dengan para leluhur. Bagi warga Tengger, tanah memiliki arti yang sangat mendalam karena dipandang sebagai pusat religi dan sumber penghidupan dari Sang Hyang Widhi dalam konsep Hinduisme.

Di atas tanah itulah warga Tengger melakukan aktivitas bertani yang dianggap sebagai aktivitas suci atau sakral.

Jika tanah tersebut hilang, warga Tengger akan kehilangan aktivitas ibadah untuk memberikan hasil bumi kepada leluhur mereka.

"Di Jemplang (titik pembangunan proyek wisata) itu ada kawasan yang menurut orang Tengger merupakan kembalinya orang-orang yang sudah meninggal ke sana," kata Lila.

Berdasarkan sejarah adat masyarakat Tengger, aktivitas bertani merupakan pekerjaan yang sangat diutamakan karena sama halnya dengan merawat tanah.

Dari aktivitas bertani itulah, hasil bumi akan dilabuhkan setiap Upacara Kasada di mana masyarakat adat Tengger akan melarungkan hasil bumi ke dalam Kawah Gunung Bromo dengan harapan terhindar dari malapetaka.

Ia menilai, secara aturan proyek wisata dalam kawasan TNBTS tidak melanggar, tetapi mengabaikan etika lingkungan.

 

Penulis: Kontributor Surabaya, Ghinan Salman | Editor: Phytag Kurniati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com