Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Dampak La Nina, Kementerian PUPR Optimalkan Smart Water Management

Kompas.com - 30/10/2021, 22:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengoptimalkan pemanfaatan Smart Water Management (SWM) dalam mengantisipasi dampak badai La Nina yang diprediksi akan terjadi di akhir tahun 2021. 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah mengatakan pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) sangat penting dilakukan untuk menghadapi tantangan seperti banjir. 

"Perlu memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk pengelolaan SDA terpadu Integrated Water Resources Management (IWRM) dan diwujudkan melalui penerapan SWM," kata Mohammad dalam keterangannya, Sabtu (30/10/2021). 

Baca juga: Antisipasi Badai La Nina, Kementerian PUPR Kosongkan 205 Bendungan

Mohammad menjelaskan sebagai upaya mengantisipasi fenomena badai La Nina, Kementerian PUPR juga telah menyiapkan sejumlah langkah.

Di antaranya mengaktifkan Satgas Penanggulangan Bencana Pusat untuk melakukan monitoring terhadap semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa mengetahui volume banjir yang bisa ditampung.

Kemudian juga melaksanakan Standar Operasi Prosedur (SOP) siaga bencana seperti mengosongkan 205 bendungan dengan volume tampungan sebesar 4,7 miliar meter kubik.

Selanjutnya membuka seluruh pintu pengeluaran 12 kolam retensi dengan volume tampungan 6,8 juta meter kubik dan bendung gerak dengan volume tampungan 65,8 juta meter kubik, mengempiskan 12 bendung karet dengan volume tampungan 7,3 juta meter kubik.

Berikutnya membuka tunnel pengendali banjir dan floodway, dan mengoperasikan 192 unit pompa pengendali banjir dengan kapasitas 263,4 meter kubik per detik.

Baca juga: Kemenhub Siapkan Rencana Mitigasi Bencana Hadapi Badai La Nina

Prediksi La Nina juga digunakan untuk mengantisipasi kecelakaan konstruksi pada pembangunan bendungan on-going dengan menempatkan petugas di hulu Coffer Dam sejauh 5 kilometer sampai 10 kilometer untuk mengamati pola debit air yang masuk di sungai yang sedang dibangun bendungannya.

Selain itu juga menginventarisasi bahan banjiran yang ada di masing-masing Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) yang tersebar di 34 provinsi seperti geobag dan kawat bronjong serta alat berat seperti dump truck, excavator, dan perahu karet, termasuk kesiapsiagaan petugas.

Kementerian PUPR mendorong keterlibatan akademisi dan para ahli khususnya yang tergabung dalam Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam memitigasi dan mengantisipasi hidrometeorologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com