Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Gurihnya Bisnis Kos-kosan di Indonesia

Kompas.com - 29/09/2021, 10:00 WIB
Hilda B Alexander,
Suhaiela Bahfein

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini, kos-kosan masih menjadi salah satu bisnis properti yang tak pernah surut.

Bisnis ini menjanjikan masa depan cerah untuk dijalankan karena pemilik bisa mendapatkan passive income (pendapatan pasif).

Sehingga, mereka tak perlu memikirkan pengelolaan bisnis yang rumit seperti mengurus perusahaan atau urusan operasional dan tenaga kerja lain yang membutuhkan keterlibatan penuh.

Lebih dari itu, kos-kosan menjadi suatu investasi yang menawarkan keuntungan seraya menikmati masa tua karena bersifat jangka panjang.

Baca juga: Bisnis Kos-kosan, Menjanjikan Sambil Menikmati Masa Tua

Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto mengatakan kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak.

"Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain dibisnis ini,” kata Ferry beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, investasi di bidang kos-kosan sangat diminati, apalagi jika aset yang dimiliki berada di kawasan perkotaan, dekat fasilitas pendidikan, dan dekat dengan segala fasilitas publik.

Meski dalam kondisi Pandemi Covid-19, bisnis ini relatif lebih baik ketimbang akomodasi lainnya karena tempat tinggal masih menjadi salah satu kebutuhan dasar.

Sebut saja mitra-mitra bisnis Mamikos, yang mampu mencatat tingkat keterisian hingga 75 persen untuk layanan Singgahsini setelah 3-4 bulan pertama bergabung selama masa Pandemi Covid-19.

Sementara sebelum masa Pandemi Covid-19, tingkat hunian bisa mencapai lebih dari 100 persen.

Mamikos, platform digital untuk layanan rumah kos, kini telah memiliki 3 juta kamar dari 150.000 properti yang ada di platform pencarian kos tersebut.

Dari jumlah tersebut, sejumlah 5.000 kamar dari 400 properti dikelola oleh manajemen properti perusahaan.

Co-founder dan CEO Mamikos Maria Regina Anggit mengatakan, Mamikos pun telah dikunjungi 6 juta user (pengguna) per bulan.

"Ini 10 kali lebih besar daripada platform serupa dari sisi pengguna maupun jumlah properti, sekaligus menguasai 80 persen traffic share (pangsa kunjungan)," ujar Anggit kepada Kompas.com, Selasa (28/9/2021).

Menurut dia, tren bisnis kos-kosan ini tergantung pada lokasi dengan banyaknya pangsa pasar di wilayah tersebut seperti profesional muda, karyawan, mahasiswa, dan lain-lain.

Ilustrasi propertiUnplash/Tierra Mallorca Ilustrasi properti
Apabila hanya bergantung pada satu pasar, maka akan lebih sulit mendapatkan keuntungan dari kos-kosan.

Sejatinya, setiap kota di Indonesia tentu memiliki kawasan kos, namun permintaan paling tinggi biasanya berada di kawasan kampus, industri, wisata dan pusat bisnis.

"Maka dari itu, tergantung lokasi dan strategi pemilik dalam merespon hal tersebut," lanjut Anggit.

Dia menuturkan, Mamikos melalui manajemen propertinya membantu para mitra (pemilik kos) mengenali potensi di masing-masing lokasi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com