Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia di Antara Penerapan MLFF Berbasis Satelit dan Pasar Asia Pasifik

Kompas.com - 17/11/2020, 18:36 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, pasar Global Navigation Satellite System (GNSS) dunia akan terus berkembang dalam dekade berikutnya, baik dari segi perangkat maupun layanan.

Pertumbuhan ini akan didorong oleh tren makro global seperti digitalisasi, big data, sharing economy dan kecerdasan buatan yang menggunakan GNSS untuk Position, Navigation dan Timing.

Dalam kombinasi dengan teknologi lain, GNSS juga dapat berkontribusi mengatasi tantangan seperti perubahan iklim dengan mendukung solusi transportasi ramah lingkungan, pertanian berkelanjutan, dan pemantauan meteorologi.

Basis global perangkat GNSS diperkirakan meningkat dari 6,4 miliar Euro atau setara Rp 106,7 triliun pada 2019 menjadi 9,6 miliar Euro (Rp 160,1 triliun) pada 2029.

Baca juga: Pemenang Tender Sistem Transaksi Tol Berbasis MLFF Diumumkan 5 Januari 2021

Menurut GNSS Market Report 2019, Asia-Pasifik terus menunjukkan pertumbuhan, dengan menyumbang lebih dari setengah pasar GNSS global yakni menjadi 5,1 miliar Euro (Rp 85,1 triliun) pada 2029 dari sebelumnya 3,4 miliar Euro (Rp 56,7 triliun) pada 2019. 

Angka ini melonjak 53,5 persen selama satu dekade mendatang. Sementara dalam hal pengiriman receiver GNSS global tahunan, diperkirakan meningkat dari 1,8 miliar unit pada 2019 menjadi 2,8 miliar unit pada 2029.

Struktur komersial proyek KPBU sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh berbasis MLFFBPJT Struktur komersial proyek KPBU sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh berbasis MLFF
Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia masih menjadi pasar bagi produsen komponen GNSS baik dari segi perangkat dan maupun layanan.

Penggunaan GNSS untuk penentuan posisi, survei, dan pemetaan saja baru dimulai sekitar akhir 1988.

Baca juga: Dua Kriteria yang Harus Dipenuhi Peserta Tender MLFF

Setelah itu, penggunaan GNSS mulai berkembang meliputi berbagai bidang seperti pemantauan deformasi, studi geodinamika bumi, administrasi tanah, dan bidang transportasi.

Khusus transportasi di jalan tol, Indonesia baru akan memulai pada 2021 mendatang dengan menjadikan GNSS sebagai basis dari sistem transaksi non-tunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF).

Sebagaimana dikatakan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit.

"Berlanjut hingga implementasi penuh pada 2023. Penerapan sistem transaksi MLFF ini perlu pentahapan dan kehati-hatian karena teknologi baru," ungkap Danang kepada Kompas.com, Sabtu (14/11/2020).

Hal ini menyusul dua konsorsium asing yang lolos prakualifikasi Pelelangan Pengusahaan MLFF yakni PT Nusantara Telematics System-PJSC Mostotrest (Rusia)-Service Telematics LLC (Rusia)-Soft Telematics LLC (Rusia) dan Roatex Ltd Zrt asal Hongaria.

Baca juga: Jasa Marga Mundur, Tersisa Hongaria dan Rusia Berebut Proyek MLFF

Mereka akan bertarung memperebutkan proyek MLFF senilai Rp 4,35 triliun untuk jalan tol sepanjang 1.713 kilometer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com