JAKARTA, KOMPAS.com – Ada beragam metode dalam bercocok tanam yang dapat diterapkan di oleh masyarakat, salah satunya adalah permakultur.
Pendiri Bandung Permaculture, Listriana Suherman, menjelaskan bahwa permakultur adalah suatu gerakan bercocok tanam yang dilakukan secara menyeluruh.
Baca juga: 4 Manfaat Lidah Buaya untuk Tanaman, Bisa Jadi Pupuk
“Melakukan sesuatu yang menyangkut agrikultur, yang dilakukan secara wholistic. Pelaksanaannya sendiri harus circular economy,” tuturnya dalam talk show Kind of Talks di media sosial Kompas.com yang bertajuk “Solusi Hidup Sehat di Masa Depan, Yuk Mengenal Permakultur!”, Minggu (11/9/2022).
Dengan kata lain, tidak ada yang terbuang dan didatangkan, atau meninggalkan jejak karbon, dalam bercocok tanam secara permakultur.
Listriana tidak menampik bahwa implementasi permakultur biasa dilakukan di lahan luas. Namun, masyarakat perkotaan pun bisa memanfaatkannya melalui urban permaculture.
Permakultur identik dengan circular economy, yang membuat para petani berkegiatan di dalam close loop. Artinya, limbah rumah tangga turut berperan dalam menyuburkan tanaman.
Baca juga: 6 Cara Menggunakan Cangkang Telur untuk Tanaman agar Sehat dan Subur
“Permakultur itu kegiatannya di dalam close loop, yakni mengolah limbah sendiri selain bercocok tanam. Pengolahan akan menghasilkan pupuk dan pestisida, jadi enggak perlu beli,” ujarnya.