Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bassirou Diomaye Faye Presiden Termuda Senegal: Usia 44 Tahun, Punya 2 Istri, Baru 10 Hari Bebas dari Penjara

Kompas.com - 02/04/2024, 21:29 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

DIAMNIADIO, KOMPAS.com - Bassirou Diomaye Faye dilantik sebagai presiden baru Senegal, Selasa (2/4/2024), menjadikannya presiden termuda di negara itu pada usia 44 tahun.

Ia menang pemilihan presiden atau pilpres Senegal dalam satu putaran dengan 54,3 persen suara meski baru sepuluh hari dibebaskan dari penjara.

Beberapa pemimpin Afrika menghadiri upacara pelantikan Faye di kota baru Diamniadio, dekat ibu kota Dakar.

Baca juga: Kali Pertama, Senegal Punya Presiden Beristri 2

“Di hadapan Tuhan dan bangsa Senegal, saya bersumpah akan setia menjalankan jabatan Presiden Republik Senegal,” kata Faye di hadapan para pejabat, dikutip dari kantor berita AFP.

Adapun serah terima kekuasaan secara resmi dengan Presiden Senegal Macky Sall akan berlangsung di istana presiden di Dakar.

Faye termasuk dalam kelompok lawan politik yang dibebaskan dari penjara sepuluh hari sebelum pilpres Senegal pada 24 Maret 2024, berdasarkan amnesti yang diumumkan Sall yang mencoba menunda pemungutan suara.

Kampanye Faye dilakukan saat dia masih dalam tahanan.

Mantan pemeriksa pajak ini menjadi presiden kelima negara Afrika Barat itu sejak merdeka dari Perancis pada 1960, dan presiden pertama yang secara terbuka mengakui poligami.

Kantor berita AFP melaporkan, ia memiliki dua istri dan empat anak, mewakili generasi baru politisi muda.

Bekerja sama dengan mentornya yaitu Ousmane Sonko yang dilarang mengikuti pemilu, Faye menyatakan prioritas mereka dalam pidato kemenangannya, yaitu rekonsiliasi nasional, meredakan krisis biaya hidup, dan memerangi korupsi.

Faye berjanji memulihkan kedaulatan nasional atas aset-aset penting seperti sektor minyak, gas, dan perikanan.

Ia ingin meninggalkan mata uang franc CFA regional yang ia pandang sebagai warisan kolonial Perancis, dan berinvestasi lebih banyak di bidang pertanian untuk mencapai swasembada pangan.

Namun, ia juga berusaha meyakinkan para investor bahwa Senegal akan tetap menjadi negara sahabat dan sekutu yang pasti dan dapat diandalkan.

Baca juga: Presiden Senegal Tunda Pilpres ke Desember, Picu Bentrokan, 3 Orang Tewas

Setelah tiga tahun Senegal—yang secara tradisional stabil—dilanda kerusuhan mematikan, kemenangan demokratis Faye dipuji dari Washington, hingga Paris, Uni Afrika sampai Uni Eropa.

Di panggung internasional, Faye berupaya membawa Burkina Faso, Mali, dan Niger yang dikelola militer kembali ke blok Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS).

Hal ini merupakan perubahan luar biasa setelah pemerintah membubarkan partai Pastef yang ia dirikan bersama Sonko pada 2014.

Akan tetapi, Faye tidak memiliki mayoritas di Majelis Nasional dan harus membangun aliansi untuk mengesahkan undang-undang baru, atau mengadakan pemilihan legislatif yang bisa menjadi pilihan mulai pertengahan November.

Tantangan terbesarnya adalah menciptakan lapangan kerja yang cukup di negara yang 75 persen dari 18 juta penduduknya berusia di bawah 35 tahun, dan tingkat pengangguran resmi mencapai 20 persen.

Banyak anak muda Senegal menganggap masa depannya begitu suram sehingga mereka mempertaruhkan hidup untuk bergabung dengan kelompok migran yang berusaha menuju Eropa.

Baca juga: Profil Macky Sall, Presiden Senegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com