SHARED Awareness Meeting (SAM) merupakan salah satu event penting dalam kalender Information Fusion Center atau IFC yang memasuki gelaran ke-45 tahun ini.
Saya tidak tahu bagaimana bisa sampai pada angka tersebut. Yang jelas, keberadaan IFC masih belasan tahun, belum sebanyak itu umurnya bila diukur berdasarkan tahun penyelenggaraan.
Sepertinya angka 45 dicapai lebih mengacu kepada jumlah kegiatan yang bisa saja diselenggarakan beberapa kali dalam setahun.
Dalam kalimat lain, SAM diadakan berdasarkan kebutuhan dengan merujuk situasi keamana maritim kawasan.
Penulis berkesempatan menghadiri SAM beberapa kali, termasuk tahun ini, yang diadakan di Singapura akhir Februari lalu. Saya diundang oleh IFC, unit yang dibina oleh AL Singapura atau Republic of Singapore Navy/RSN.
Situasi keamanan maritim (maritime security), acap disingkat kammar atau marsec, kawasan yang tengah bergejolak saat ini di mana Laut Merah atau Red Sea sebagai center of gravity-nya.
Dalam SAM ke-45, pemaparan terkait kondisi terakhir di perairan itu dilakukan oleh Maritime Information Cooperation and Awareness Center atau MICA dan Combined Task Force/CTF 153.
Lembaga pertama merupakan bagian dari AL Perancis – Marine Nationale – sedangkan yang kedua adalah aliansi AL beberapa negara yang dimotori oleh AL AS alias US Navy.
Menurut MICA, situasi di Laut Merah memasuki era baru pascapenahanan MV Galaxy Leader oleh pejuang Houti.
Sekadar catatan, kapal ini ditahan oleh mereka pada 19 November 2023, sebagai pembalasan atas serangan udara Israel ke Jalur Gaza, Palestina. Kapal ini dinilai memiliki hubungan dengan pengusaha Israel.
Sebelumnya, masih menurut MICA, situasi kammar di Laut Merah, Samudra India pada umumnya, diwarnai oleh aktivitas perompakan (piracy) terhadap kapal-kapal yang melintasi perairan sekitar Somalia seperti Teluk Aden, Selat Guardafui dan Laut Somalia.
Selama beberapa tahun belakangan, aktivitas perompakan cenderung turun. Namun dengan adanya krisis di Laut Merah bisa saja akan terpicu kembali.
Sementara itu, menurut CTF 153, yang melancarkan Operation Prosperity Guardian sebagai respons atas serangan terhadap kapal di Laut Merah, mencatat ada lebih dari 100 serangan unmanned aerial vehicle atau UAV terhadap kapal di perairan tersebut.
Medium lain yang digunakan dalam serangan mencakup anti-ship ballistic missile (ASBM), unmanned surface vehicle (USV), dan unmanned underwater vehicle (USV). Kini, serangan terhadap kapal di Laut Merah makin kencang saja.
Adapun menurut IFC, yang membagi isu marsec ke dalam beberapa, antara lain: theft, robbery and piracy at sea (TRAPS), maritime incidents (MI), contraband smuggling (CS) dan illegal, unregulated, and unreported fishing (IUUF).