Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Perang Israel-Hamas, 24.285 Orang Tewas di Gaza

Kompas.com - 17/01/2024, 13:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

GAZA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas pada Selasa (16/1/2024) mengatakan, perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023 menewaskan setidaknya 24.285 orang di wilayah kantong Palestina tersebut.

Kemenkes Gaza juga mengatakan, 75 persen dari para korban tewas itu adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua.

Rinciannya, sedikitnya 10.600 anak-anak, 7.200 perempuan, dan 1.049 orang lanjut usia tewas dalam konflik tersebut.

Baca juga: Mengapa AS Bersekutu dengan Israel?

Adapun sekitar 61.154 orang terluka dan ribuan orang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Senin (15/1/2024) mengatakan, rakyat Palestina akan memerintah Jalur Gaza setelah perang berakhir.

“Warga Palestina tinggal di Gaza dan oleh karena itu rakyat Palestina akan memerintahnya di masa depan. Pemerintahan Gaza di masa depan harus tumbuh dari Jalur Gaza,” kata Gallant pada konferensi pers, dikutip dari kantor berita AFP.

“Pada akhir perang tidak akan ada ancaman militer dari Gaza. Hamas tidak akan mampu memerintah dan berfungsi sebagai kekuatan militer di Jalur Gaza,” lanjutnya.

Dia menambahkan, pemerintahan di Gaza berikutnya bisa jadi akan dipegang sipil tetapi pasukan Israel bakal bebas beroperasi untuk melindungi warga Israel.

Hamas yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007 terlibat perang dengan Israel ketika melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023.

Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.140 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka terbaru Israel.

Baca juga: Menhan Israel: Gaza Akan Diperintah Rakyat Palestina Usai Perang

47 pengacara akan tuntut AS dan Inggris

Sidang genosida Israel diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional atau International Court Justice (ICJ) di Den Haag, Belanda, Kamis (11/1/2024). Foto gedung ICJ ini diambil pada 16 Januari 2019.AP PHOTO/PETER DEJONG Sidang genosida Israel diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional atau International Court Justice (ICJ) di Den Haag, Belanda, Kamis (11/1/2024). Foto gedung ICJ ini diambil pada 16 Januari 2019.
Setelah sidang genosida Israel yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (International Court Justice/ICJ), 47 pengacara di Afsel akan menuntut Amerika Serikat (AS) dan Inggris secara terpisah atas keterlibatan kejahatan perang pasukan Israel di Palestina.

Tuntutan yang dipimpin pengacara Afrika Selatan Wikus van Rensburg ini akan mengadili orang-orang yang terlibat kejahatan tersebut di pengadilan sipil.

Van Rensburg bakal menggandeng pengacara AS dan Inggris yang sudah berkontak dengannya.

“Amerika Serikat sekarang harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya,” kata Rensburg dalam wawancara dengan Anadolu Agency, dikutip pada Senin (15/1/2024).

Ia menambahkan, AS dan Inggris akan diadili karena terlibat kejahatan perang Israel terhadap rakyat Gaza.

“Banyak pengacara memutuskan bergabung dengan kami dalam tuntutan hukum. Kebanyakan dari mereka Muslim, tetapi saya bukan. Mereka merasa wajib membantu perjuangan ini, tapi saya yakin apa yang terjadi tidak benar,” lanjutnya.

Para pengacara itu akan memulai prosesnya berdasarkan hasil kasus Israel dan langkah-langkah yang akan diambil PBB.

Jika persidangan ICJ terhadap Israel dimenangi Afrika Selatan, Rensburg yakin AS mungkin akan terkena sanksi meskipun tidak menerima putusan tersebut.

Baca juga: Mendukung Afrika Selatan Menuntut Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com