Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Bombardir Pelabuhan Ukraina, Ancam Kapal yang Menuju ke Sana

Kompas.com - 20/07/2023, 22:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

KYIV, KOMPAS.com - Rusia menghantam gedung-gedung pemukiman pada hari Kamis (20/7/2023) dalam pemboman malam ketiga berturut-turut di pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

Mereka juga mengeluarkan ancaman baru terhadap kapal-kapal yang menuju Ukraina, yang menurut AS berarti bahwa Moskwa akan menyerang kapal-kapal di laut lepas.

Beberapa hari setelah Rusia meninggalkan kesepakatan yang ditengahi oleh PBB untuk mengijinkan Ukraina mengekspor biji-bijian, ada sinyal-sinyal baru bahwa Rusia bersedia untuk menggunakan kekuatan untuk menerapkan kembali blokade terhadap salah satu eksportir makanan terbesar di dunia, yang membuat harga-harga global melambung tinggi.

Baca juga: Dubes Ukraina Respons Langkah ASEAN: Deklarasi Saja Tak Bisa Akhiri Perang

Dilansi dari Reuters, Rusia mengatakan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam kesepakatan biji-bijian yang telah berlangsung selama setahun ini tanpa persyaratan yang lebih baik untuk penjualan makanan dan pupuknya sendiri.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa keputusan Rusia ini mengancam ketahanan pangan bagi penduduk termiskin di dunia.

Kyiv berharap untuk melanjutkan ekspor tanpa partisipasi Rusia, dan mengatakan bahwa mereka sedang menyiapkan rute alternatif melalui perairan negara tetangganya yang juga anggota NATO, Rumania.

Namun tidak ada kapal yang berlayar dari pelabuhan Ukraina sejak Rusia menarik diri dari kesepakatan tersebut pada hari Senin (16/7/2023). Perusahaan asuransi pun memiliki keraguan tentang apakah mereka akan dapat menanggung kebijakan untuk perdagangan di zona perang.

Sejak keluar dari kesepakatan tersebut, Moskwa telah menghujani rudal setiap malam di dua kota pelabuhan terbesar di Ukraina, Odesa dan Mykolaiv.

Serangan pada hari Kamis tampaknya merupakan yang terburuk, dengan pihak berwenang setempat di Mykolaiv melaporkan setidaknya 19 orang terluka.

Petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api yang sangat besar di sebuah bangunan tempat tinggal berwarna merah muda di Mykolaiv, yang diledakkan hingga hancur.

Baca juga: Bukan Drone, Ini Ancaman Terbesar Pasukan Ukraina di Medan Perang...

Beberapa bangunan tempat tinggal lain di sana juga mengalami kerusakan.

Para pejabat juga mengatakan setidaknya dua orang terluka dalam serangan di Odesa, di mana sejumlah bangunan terbakar.

Dalam ancaman yang paling eksplisit, militer Rusia mengumumkan bahwa mereka akan menganggap semua kapal yang menuju perairan Ukraina mulai Kamis pagi berpotensi membawa senjata, dan negara mereka sebagai pihak yang terlibat dalam perang di pihak Ukraina.

Rusia juga menyatakan bahwa beberapa bagian Laut Hitam tidak aman.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-511 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Tidak ke KTT BRICS |

Washington menyebut hal ini sebagai sinyal bahwa Moskwa mungkin akan menyerang pelayaran sipil, dan mengatakan bahwa Rusia juga melepaskan ranjau-ranjau baru ke laut.

"Kami percaya bahwa ini adalah upaya terkoordinasi untuk membenarkan setiap serangan terhadap kapal-kapal sipil di Laut Hitam dan menimpakan kesalahan kepada Ukraina atas serangan-serangan ini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adam Hodge.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Hamas Rilis Tanggapan Resmi soal Usulan Gencatan Senjata yang Diumumkan Biden

Hamas Rilis Tanggapan Resmi soal Usulan Gencatan Senjata yang Diumumkan Biden

Global
Blinken Berterima Kasih kepada Prabowo atas Dukungan RI pada Usulan Gencatan Senjata Gaza

Blinken Berterima Kasih kepada Prabowo atas Dukungan RI pada Usulan Gencatan Senjata Gaza

Global
Putra Joe Biden Divonis Bersalah atas 3 Tuduhan Terkait Kepemilikan Senjata Api

Putra Joe Biden Divonis Bersalah atas 3 Tuduhan Terkait Kepemilikan Senjata Api

Global
Hamas dan Jihad Islam Nyatakan Siap Capai Kesepakatan untuk Akhiri Perang Gaza

Hamas dan Jihad Islam Nyatakan Siap Capai Kesepakatan untuk Akhiri Perang Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Kompensasi Singapore Airlines Rp 162 Juta | Pesawat Wapres Malawi Ditemukan

[POPULER GLOBAL] Kompensasi Singapore Airlines Rp 162 Juta | Pesawat Wapres Malawi Ditemukan

Global
Sejarah Perang Kosovo dan Kontroversi Pemboman NATO

Sejarah Perang Kosovo dan Kontroversi Pemboman NATO

Global
Perang Saudara Sudan Mendekati Level Genosida

Perang Saudara Sudan Mendekati Level Genosida

Global
Rusia Jamin Tak Akan Rekrut Warga Sri Lanka Lagi untuk Perang di Ukraina

Rusia Jamin Tak Akan Rekrut Warga Sri Lanka Lagi untuk Perang di Ukraina

Global
Wapres Malawi Saulos Chilima Dipastikan Tewas, Pesawat Hancur Total

Wapres Malawi Saulos Chilima Dipastikan Tewas, Pesawat Hancur Total

Global
PBB Kaget 274 Warga Palestina Tewas Saat Israel Bebaskan 4 Sandera

PBB Kaget 274 Warga Palestina Tewas Saat Israel Bebaskan 4 Sandera

Global
Konflik Bersenjata di Dunia pada 2023 Terbanyak sejak Perang Dunia II

Konflik Bersenjata di Dunia pada 2023 Terbanyak sejak Perang Dunia II

Global
Hewan Misterius Muncul Saat Pelantikan Pejabat India, Berkaki 4, Hanya Tampak Samar

Hewan Misterius Muncul Saat Pelantikan Pejabat India, Berkaki 4, Hanya Tampak Samar

Global
Sosok 6 Calon Presiden Iran untuk Menggantikan Raisi

Sosok 6 Calon Presiden Iran untuk Menggantikan Raisi

Internasional
Saldo Tiba-tiba Tambah Rp 103 Juta, Perempuan Ini Jujur Cari Orang yang Salah Transfer

Saldo Tiba-tiba Tambah Rp 103 Juta, Perempuan Ini Jujur Cari Orang yang Salah Transfer

Global
Pesawat Wakil Presiden Malawi Ditemukan, Presiden: Tak Ada Penumpang yang Selamat

Pesawat Wakil Presiden Malawi Ditemukan, Presiden: Tak Ada Penumpang yang Selamat

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com