Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pemberontakan Wagner, Hubungan Baik China-Rusia Dipertaruhkan

Kompas.com - 28/06/2023, 10:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com - Ketika tersiar kabar bahwa tentara bayaran Wagner bergerak menuju Moskwa dalam pemberontakan singkat, beberapa pengusaha dari China selatan mulai panik.

Mereka memanggil pabrik-pabrik untuk menghentikan pengiriman barang-barang yang ditujukan ke Rusia.

Sementara pemberontakan yang jadi ujian terbesar kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak invasi Februari 2022 ke Ukraina itu dengan cepat memudar, beberapa eksportir mempertanyakan ketergantungan mereka di masa depan pada sekutu terdekat Beijing, Rusia.

"Kami pikir akan ada masalah besar," kata Shen Muhui, kepala badan perdagangan untuk perusahaan di provinsi Fujian selatan China, mengingat perebutan di antara anggotanya yang mengekspor suku cadang mobil, mesin dan pakaian ke Rusia.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-489 Serangan Rusia ke Ukraina: Pidato Perdana Putin Terkait Wagner, Bos Wagner Ungkap Tujuan Pemberontakan

Meskipun krisis telah mereda, beberapa orang tetap berjaga-jaga karena mereka tidak yakin apa yang akan terjadi nanti.

Dilansir dari Reuters, China telah berusaha menyuarakan dukungan untuk Moskwa, dimana mereka menjalin kemitraan tanpa batas, sesaat sebelum Rusia menginvasi Ukraina dalam apa yang disebut sebagai operasi militer khusus.

Tetapi seorang pejabat tinggi AS pada hari Senin (26/6/2023) mengatakan pemberontakan akhir pekan itu telah meresahkan kepemimpinan Beijing yang tertutup.

Beberapa analis di dalam dan di luar China mulai mempertanyakan apakah Beijing perlu melonggarkan hubungan politik dan ekonominya dengan Moskwa.

"Hal itu telah merusak hubungan tanpa batas itu," kata analis keamanan yang berbasis di Singapura, Alexander Neill.

Kementerian luar negeri China, yang menggambarkan pemberontakan yang dibatalkan itu sebagai urusan dalam negeri Rusia dan menyatakan dukungan atas upaya Moskwa untuk menstabilkan situasi, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Prigozhin Tegaskan Tujuan Pemberontakan Wagner | AS Hubungi Rusia

Yevgeny Prigozhin, kepala tentara swasta Wagner yang telah bertempur dalam beberapa pertempuran paling berdarah Rusia dalam perang Ukraina, memimpin pemberontakan bersenjata setelah dia menuduh sejumlah besar pejuangnya tewas dalam baku tembak.

Tetapi pemimpin tentara bayaran itu tiba-tiba membatalkan pemberontakan pada Sabtu malam ketika para pejuangnya mendekati Moskwa, yang sementara hampir tidak ada perlawanan.

China tidak berkomentar ketika krisis itu terjadi, tetapi mengeluarkan pernyataan ketika Menteri Luar Negeri Qin Gang menjadi tuan rumah pertemuan mendadak dengan wakil menteri luar negeri Rusia di Beijing.

Inti dari hubungan China dan Rusia adalah oposisi bersama terhadap apa yang mereka lihat sebagai dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan perluasan aliansi militer NATO yang mengancam keamanan mereka.

Baca juga: Pemimpin Wagner: Kami Tak Ingin Gulingkan Pemerintah Rusia

Setelah mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai presiden awal tahun ini, Presiden China Xi Jinping melakukan perjalanan luar negeri pertamanya ke Rusia untuk bertemu dengan sahabatnya, Putin.

Meski begitu, para komentator nasionalis di tabloid-tabloid China yang dikelola negara menyambut baik upaya cepat Putin untuk membasmi pemberontakan, bahkan beberapa orang di China, di mana pidato kritis dikontrol dengan ketat, mulai mempertanyakan dukungan Beijing terhadap Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com