Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Thailand: Pelopor Pro-demokrasi Pita Limjaroenrat Hadapi Ancaman Diskualifikasi

Kompas.com - 19/05/2023, 19:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia

BANGKOK, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum Thailand pada saat-saat terakhir ini dilaporkan sedang mempertimbangkan tantangan hukum terhadap pelopor pro-demokrasi yang juga pemimpin Move Forward Party, Pita Limjaroenrat.

Dia dikaitkan dengan sebuah kasus yang dapat menggagalkan karir politik salah seorang pengecam paling sengit pemerintah yang didukung militer itu.

Gugatan terhadap Limjaroenrat menggemakan kasus yang menjatuhkan bintang gerakan pro-demokrasi Thailand empat tahun lalu, dan memicu gelombang protes anti0pemerintah.

Baca juga: Gempa Politik di Thailand: Pemimpin Muda Tampil dan Agenda Perubahan

Presiden Fakultas Hukum di College of Asian Scholars Thailand, Jade Donavanik, mengatakan kedua kasus yang dikaitkan dengan Pita Limjaroenrat merujuk ke ketentuan hukum yang sama.

Ketentuan itu melarang calon pejabat publik untuk memiliki saham di sebuah perusahaan media massa.

Beberapa hari sebelum pemungutan suara 14 Mei untuk mengisi kursi Dewan Perwakilan Rakyat Thailand, seorang kandidat dari partai pro-militer Palang Pracharath mengajukan kasus ke Komisi Pemilihan Umum.

Dia menuduh Pita Limjaroenrat memegang saham di perusahaan televisi yang sudah tidak aktif lagi, yakni iTV dan tidak mengungkapnya dalam aset-aset miliknya yang dilaporkan.

Dukungan pada Move Forward Party dalam berbagai jajak pendapat menjelang pemungutan suara melonjak pesat di tengah meningkatnya gelombang frustrasi terhadap pemerintah Prayut Chan-ocha, mantan panglima militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2014.

Move Forward Party bertekad mengakhiri wajib militer, memangkas anggaran pertahanan, dan meredam pemberlakuan undang-undang pencemaran nama baik kerajaan (lese majeste) yang telah membuat ratusan pengecam pemerintah diadili atau dipenjara.

Baca juga: Melampaui Prediksi, Bagaimana Partai Oposisi Bisa Menang dalam Pemilu Thailand?

Para hari pemungutan suara, partai Limjaroenrat memenangkan 152 dari 500 kursi DPR yang diperebutkan, terbanyak dari partai mana pun.

Meski Limjaroenrat meraih suara terbanyak dalam jajak pendapat tentang siapa yang diinginkan publik menjadi perdana menteri, jabatan itu, sesuai hukum Thailand, akan diberikan kepada tokoh yang memenangkan pemungutan suara bersama DPR dan Senat.

Senat yang ditunjuk militer memiliki 250 kursi.

Kini sedang berlangsung perundingan di antara partai-partai pemenang kursi di DPR, untuk membentuk koalisi yang akan memenangkan pemilihan tersebut.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum dan hukuman selanjutnya yang dijatuhkan Mahkamah Konstitusi dapat memaksa Limjaroenrat keluar dari parlemen dan pencalonan untuk menjadi perdana menteri.

Move Forward Party menolak permohonan VOA untuk menanggapi pengaduan itu, meskipun sebelumnya Limjaroenrat membantah melakukan kesalahan.

Menurut laporan-laporan media setempat, Limjaroenrat mewarisi saham-saham ketika ayahnya meninggal pada tahun 2006 dan telah berupaya menemukan pembeli, namun gagal.

Dia membantah telah dengan sengaja tidak melaporkan saham-saham itu.

Baca juga: Partainya Klaim Menang dalam Pemilu Thailand, Pita Limjaroenrat: Saya PM Berikutnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com