Oleh Jonathan Head
BBC News, Bangkok
BANGKOK, KOMPAS.com - Pita Limjaroenrat dari partai oposisi Move Forward Party (MFP) alias Bergerak Maju diperkirakan akan menjadi perdana menteri Thailand setelah partainya memenangkan kursi terbanyak dalam Pemilu Thailand, Minggu (14/5/2023).
Hasil perhitungan sementara menunjukkan, Partai Bergerak Maju melampaui setiap prediksi dengan memenangkan 151 dari 500 kursi di majelis rendah sekaligus meraih suara terbanyak.
Perolehan tersebut melampaui raihan Pheu Thai, partai oposisi yang dipimpin oleh putri mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Baca juga: Partainya Klaim Menang dalam Pemilu Thailand, Pita Limjaroenrat: Saya PM Berikutnya
Adapun koalisi dua partai pemerintahan pro-militer hanya memenangkan 15 persen dari total kursi.
Analis menyebut hasil ini adalah “gempa politik” yang menunjukkan terjadinya perubahan signifikan dalam opini publik.
Hasil ini adalah suatu terobosan dalam politik Thailand.
Sebab, tidak hanya menunjukkan bahwa mayoritas pemilih secara jelas menolak kekuasaan militer dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta menggulingkan pemerintahan terpilih pada 2014.
Partai Bergerak Maju yang didukung oleh kaum muda juga telah menghancurkan dominasi mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra selama beberapa dekade terakhir.
"Mayoritas suara pemilih mencerminkan kebutuhan untuk melepaskan diri dari 'rezim Prayuth', dan kerinduan akan perubahan," kata Prajak Kongkirati, dosen ilmu politik dari Universitas Thammasat.
Baca juga: Pemilu Thailand, Partai Oposisi Unggul Jauh dari Militer
"Ini menunjukkan bahwa orang percaya pada tuntutan [partai] Bergerak Maju untuk perubahan - lebih banyak dari yang diperkirakan," tambahnya.
Media sosial Thailand telah dibanjiri dengan pesan-pesan kemenangan dari para pendukung Bergerak Maju, yang menyebut diri mereka sebagai “organic canvassers” (orang yang meminta dukungan di lapangan) dan menggambarkan kemenangan partai tersebut sebagai angin perubahan dan "fajar era baru".
"Pemilu ini benar-benar memberi tahu Anda, bahwa baru empat tahun berlalu, tetapi pemikiran orang-orang telah banyak berubah, baik kubu yang mapan maupun pro-demokrasi," sebut cuitan dalam Twitter.
Cuitan itu menambahkan bahwa, demokrasi tidak dapat diterima begitu saja diremehkan.
"Jika mereka tidak beradaptasi dengan pemikiran dan tuntutan, mereka benar-benar bisa kehilangan pijakan," tambahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.