Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Do Kwon, Pelopor Mata Uang Kripto Terra Diburu Korea Selatan Setelah Nilainya Anjlok

Kompas.com - 20/09/2022, 22:18 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Jaksa Korea Selatan meminta Interpol mengeluarkan red notice untuk Do Kwon, pendiri mata uang kripto Terra yang anjlok, karena menolak bekerja sama dengan penyelidikan atas keruntuhan nilai mata uang kriptonya hingga senilai 40 miliar dollar AS (Rp 601 triliun).

Seorang pejabat dari Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul mengatakan kepada AFP Selasa (20/9/2022) bahwa mereka telah meminta pihak berwenang membatalkan paspor Korea Selatan Do Kwon, dengan mengatakan bahwa dia jelas "dalam pelarian" dari hukum.

"Kami telah memulai prosedur untuk menempatkannya dalam daftar red notice Interpol dan mencabut paspornya," kata pejabat itu.

Baca juga: Otoritas AS Minta Catatan Internal Binance, Selidiki Pencucian Kripto

Lebih lanjut kata dia, Kwon telah mengatakan kepada penyelidik melalui pengacaranya bahwa dia tidak akan bekerja sama.

Runtuhnya Terraform Labs awal tahun ini menghapus sekitar 40 miliar dollar (Rp 601 triliun) uang investor dan mengguncang pasar kripto global.

Pengadilan Korea Selatan pekan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Do Kwon (31 tahun), yang terbang dari Korea Selatan ke Singapura sebelum kehancuran itu terjadi.

Pertanyaan tentang keberadaannya meningkat setelah Kepolisian Singapura mengatakan akhir pekan ini bahwa dia tidak berada di negara itu.

"Kami melihatnya 'dalam pelarian' sejak dia pergi ke Singapura," kata pejabat itu, menambahkan: "Kami sadar bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk bekerja sama dengan semua penyelidikan sejak saat itu."

Baca juga: Geng Kriminal di Brasil Manfaatkan Asep Kripto Cuci Uang dari Tambang Emas Ilegal

Kwon, yang tetap aktif di Twitter pada Minggu (18/9/2022) dan membantah bahwa dia dalam pelarian, tetapi tidak mengungkapkan keberadaannya secara pasti.

"Untuk agensi mana pun yang telah menunjukkan minat untuk berkomunikasi, kami bekerja sama penuh dan kami tidak menyembunyikan apa pun," tweetnya.

Jaksa Korea Selatan juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk lima orang lainnya -- yang tidak disebutkan namanya -- terkait dengan stablecoin TerraUSD dan token saudaranya Luna.

Sistem Terra/Luna Kwon runtuh pada Mei, dengan harga kedua token anjlok mendekati nol, dan dampaknya menghantam pasar kripto global yang lebih luas.

Keruntuhan tersebut menyebabkan kerugian lebih dari 500 miliar dollar AS (Rp 7,5 kuadriliun) di pasar kripto global, menurut data industri sebagaimana dilansir AFP.

Baca juga: Ratu Kripto Masuk Daftar 10 Buronan Paling Dicari FBI, Ada Hadiah Rp 1,5 Miliar untuk Informan

Stablecoin dirancang untuk memiliki harga yang relatif tetap dan biasanya dipatok ke komoditas atau mata uang dunia nyata.

TerraUSD, bagaimanapun, adalah algoritmik -- menggunakan kode untuk mempertahankan harganya sekitar satu dolar AS.

Banyak investor kehilangan tabungan hidup mereka ketika Luna dan Terra memasuki spiral keruntuhan, dan pihak berwenang Korea Selatan telah membuka banyak penyelidikan kriminal atas kehancuran mata uang kripto itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Global
Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com