Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Lanka Bangkrut dan Kehabisan Bensin, Ratusan Ribu Warga Antre Berjam-jam di SPBU

Kompas.com - 26/06/2022, 08:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka kehabisan bensin dan solar setelah beberapa pengiriman tertunda entah sampai kapan, kata Menteri Energi Kanchana Wijesekera pada Sabtu (25/6/2022).

Ia pun meminta maaf kepada para pengendara atas kekurangan bahan bakar yang memburuk dalam krisis Sri Lanka ini.

Wijesekera mengatakan, kargo minyak yang dijadwalkan tiba pekan lalu belum sampai, sementara yang dijadwalkan datang minggu depan juga belum akan berlabuh di Sri Lanka karena alasan perbankan.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut dan Mulai Tutup Perlahan

Krisis Sri Lanka buruk karena kekurangan devisa parah untuk membiayai impor barang paling penting sekalipun, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Negara Asia Selatan itu kemudian meminta bantuan internasional.

Wijesekera melanjutkan, Ceylon Petroleum Corporation (CPC) yang dikelola negara tidak dapat memastikan kapan pasokan minyak segar akan berada di pulau itu untuk mengatasi krisis Sri Lanka kehabisan bensin.

CPC juga telah menutup satu-satunya kilangnya karena kekurangan minyak mentah, tambah Menteri Energi Sri Lanka tersebut dikutip dari AFP.

Kilang mulai beroperasi awal bulan ini menggunakan 90.000 ton minyak mentah Rusia yang dibeli melalui Coral Energy yang berbasis di Dubai dengan persyaratan kredit dua bulan.

Wijesekera kemudian meminta maaf karena pengiriman bensin, solar dan minyak mentah yang dijadwalkan awal pekan ini dan minggu depan tidak akan terpenuhi tepat waktu karena alasan perbankan dan logistik.

Akibat Sri Lanka kehabisan bensin, stok BBM langka yang tersisa akan didistribusikan melalui beberapa SPBU. Angkutan umum dan pembangkit listrik akan diprioritaskan, tambah Wijesekera, seraya mengimbau para pengendara untuk tidak mengantre BBM.

Ratusan ribu pengendara saat ini menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bensin dan solar akibat krisis Sri Lanka bangkrut.

Baca juga:

Pekan lalu, pemerintah menutup lembaga negara non-esensial bersama sekolah-sekolah selama dua minggu untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.

Beberapa rumah sakit di seluruh negeri juga melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena Sri Lanka kehabisan bensin.

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu (22/6/2022) memperingatkan parlemen, negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang itu akan terus menghadapi kesulitan selama beberapa bulan lagi dan mendesak orang untuk menghemat bahan bakar.

"Ekonomi kita menghadapi kehancuran total," kata Wickremesinghe.

"Kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan."

Krisis Sri Lanka bangkrut terjadi setelah gagal bayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS (Rp 757,5 triliun) pada April. Negara itu kini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bailout (bantuan keuangan guna menyelamatkan dari kebangkrutan) yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Baca juga: Ada Apa dengan Sri Lanka: Kenapa Bangkrut dan Penyebab Gagal Bayar Utang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com