Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Ukraina: Semakin Banyak Perusahaan Angkat Kaki dari Rusia, Apa yang Tersisa?

Kompas.com - 08/03/2022, 16:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

MOSKWA, KOMPAS.com - Agresi militer Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina, mendorong beberapa perusahaan mengumumkan menghentikan aktivitas di Rusia.

Padahal tiga puluh tahun yang lalu ketika komunisme runtuh di Uni Soviet, perusahaan-perusahaan Barat berdesak-desakan untuk menjadi yang pertama masuk melewati pintu.

Kedatangan merek seperti Coca-Cola dan McDonald's melambangkan dimulainya era baru. Ada pun orang Rusia menjadi konsumen jeans Levi dan barang-barang mewah yang bersemangat.

Jadi perusahaan mana, di sektor mana, yang paling cepat angkat kaki dari Rusia dan mengapa yang lain tetap diam?

Baca juga: Kisah Kirill Tereshin, Berjuluk Popeye dari Rusia, Pompa Bisep Lewat Operasi Berbahaya

Minyak dan gas

Ketika konflik di Ukraina pecah, perusahaan energi BP langsung berada di bawah tekanan. Perusahaan energi ini memiliki saham besar di raksasa energi Rusia Rosneft (sekitar seperlima dari keuntungan terbaru perusahaan). Tetapi dalam beberapa hari BP mengumumkan operasi itu akan dihentikan.

Itu diikuti dengan janji dari Shell, ExxonMobil dan Equinor untuk memotong investasi Rusia mereka, menyusul tekanan dari pemegang saham, serta dari pemerintah dan masyarakat.

Shell dapat mengorbankan hingga 3 miliar dollar AS (Rp 43 triliun) untuk keluar dari usahanya dengan Gazprom, meskipun telah mendapat kecaman karena membeli minyak mentah Rusia baru-baru ini.

Perusahaan ingin terlihat melakukan "hal yang benar", kata Russ Mould, direktur investasi di AJ Bell sebagaimana dilansir BBC pada Senin (7/3/2022).

Sementara itu, Total Energies, pemain besar lainnya di Rusia, mengatakan tidak akan mendanai proyek-proyek baru di negara tersebut, tapi tidak berencana menjual investasi sebelumnya.

Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina Ronde Ketiga Gagal Berikan Hasil yang Diharapkan, Invasi Berlanjut

Hiburan

Warner Bros menangguhkan rilis film terbaru di negara tersebut, termasuk The Batman. Pembuat film AS itu bergabung dengan Disney dan Sony, dengan pemutaran perdana animasi Turning Red dan adaptasi Marvel Morbius juga ditarik.

Netflix, pendatang baru di Rusia, telah menangguhkan layanannya di negara itu dan menghentikan semua "proyek masa depan".

Semua perusahaan mengatakan keputusan mereka didasarkan pada "krisis kemanusiaan" di Ukraina, bukan sebagai akibat dari sanksi yang telah dijatuhkan.

Namun keputusan itu akan mengirimkan pesan serupa. Ditinggalkan "dalam kebekuan budaya" akan meningkatkan rasa isolasi Rusia, kata Susannah Streeter, analis pasar dan investasi senior di Hargreaves Lansdown.

Baca juga: Sektor Penerbangan Rusia Alami Kelumpuhan, Bagaimana Nasib Penumpang?

Teknologi

Samsung, pemasok smartphone terkemuka di Rusia, di depan Xiaomi dan Apple, akan menangguhkan pengiriman ke negara itu, tetapi tidak jelas apakah toko Samsung akan tutup.

Apple juga telah menghentikan semua penjualan produknya di Rusia, dan membatasi layanan lain seperti Apple Pay dan Apple Maps. Toko-tokonya juga tutup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com