MOSKWA, KOMPAS.com - Agresi militer Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina, mendorong beberapa perusahaan mengumumkan menghentikan aktivitas di Rusia.
Padahal tiga puluh tahun yang lalu ketika komunisme runtuh di Uni Soviet, perusahaan-perusahaan Barat berdesak-desakan untuk menjadi yang pertama masuk melewati pintu.
Kedatangan merek seperti Coca-Cola dan McDonald's melambangkan dimulainya era baru. Ada pun orang Rusia menjadi konsumen jeans Levi dan barang-barang mewah yang bersemangat.
Jadi perusahaan mana, di sektor mana, yang paling cepat angkat kaki dari Rusia dan mengapa yang lain tetap diam?
Baca juga: Kisah Kirill Tereshin, Berjuluk Popeye dari Rusia, Pompa Bisep Lewat Operasi Berbahaya
Ketika konflik di Ukraina pecah, perusahaan energi BP langsung berada di bawah tekanan. Perusahaan energi ini memiliki saham besar di raksasa energi Rusia Rosneft (sekitar seperlima dari keuntungan terbaru perusahaan). Tetapi dalam beberapa hari BP mengumumkan operasi itu akan dihentikan.
Itu diikuti dengan janji dari Shell, ExxonMobil dan Equinor untuk memotong investasi Rusia mereka, menyusul tekanan dari pemegang saham, serta dari pemerintah dan masyarakat.
Shell dapat mengorbankan hingga 3 miliar dollar AS (Rp 43 triliun) untuk keluar dari usahanya dengan Gazprom, meskipun telah mendapat kecaman karena membeli minyak mentah Rusia baru-baru ini.
Perusahaan ingin terlihat melakukan "hal yang benar", kata Russ Mould, direktur investasi di AJ Bell sebagaimana dilansir BBC pada Senin (7/3/2022).
Sementara itu, Total Energies, pemain besar lainnya di Rusia, mengatakan tidak akan mendanai proyek-proyek baru di negara tersebut, tapi tidak berencana menjual investasi sebelumnya.
Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina Ronde Ketiga Gagal Berikan Hasil yang Diharapkan, Invasi Berlanjut
Warner Bros menangguhkan rilis film terbaru di negara tersebut, termasuk The Batman. Pembuat film AS itu bergabung dengan Disney dan Sony, dengan pemutaran perdana animasi Turning Red dan adaptasi Marvel Morbius juga ditarik.
Netflix, pendatang baru di Rusia, telah menangguhkan layanannya di negara itu dan menghentikan semua "proyek masa depan".
Semua perusahaan mengatakan keputusan mereka didasarkan pada "krisis kemanusiaan" di Ukraina, bukan sebagai akibat dari sanksi yang telah dijatuhkan.
Namun keputusan itu akan mengirimkan pesan serupa. Ditinggalkan "dalam kebekuan budaya" akan meningkatkan rasa isolasi Rusia, kata Susannah Streeter, analis pasar dan investasi senior di Hargreaves Lansdown.
Baca juga: Sektor Penerbangan Rusia Alami Kelumpuhan, Bagaimana Nasib Penumpang?
Samsung, pemasok smartphone terkemuka di Rusia, di depan Xiaomi dan Apple, akan menangguhkan pengiriman ke negara itu, tetapi tidak jelas apakah toko Samsung akan tutup.
Apple juga telah menghentikan semua penjualan produknya di Rusia, dan membatasi layanan lain seperti Apple Pay dan Apple Maps. Toko-tokonya juga tutup.