Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Tertinggi Iran Salahkan AS dan Sekutu Barat atas Krisis Ukraina

Kompas.com - 01/03/2022, 21:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran berharap agar perang di Ukraina berakhir, tetapi yakin bahwa krisis tersebut berakar pada kebijakan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya.

“Di Ukraina, kami mendukung untuk menghentikan perang,” kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (1/3/2022).

Baca juga: Sebelum Jadi Presiden Ukraina, Zelensky Ternyata Sempat Mengisi Suara Paddington Bear

Dia menambahkan bahwa krisis Rusia Ukraina dapat dikurangi hanya jika “akar penyebab” diketahui. Khamenei mengidentifikasi itu berakar dari kebijakan kekuatan Barat.

Menurutnya, "rezim mafia" AS menciptakan banyak krisis di seluruh dunia, termasuk pembentukan ISIL (ISIS), dan campur tangan dalam urusan negara lain dengan memaksa perubahan rezim dan memasang politisi pro-Barat.

Ukraina telah menjadi "korban" kebijakan semacam itu dan telah terseret ke situasi saat ini, kata pemimpin tertinggi itu.

Dalam pidatonya selama satu jam tentang perang Ukraina, pemimpin tertinggi Iran tidak menyebut Rusia sekali pun.

Khamenei mengatakan dua pelajaran harus dipetik dari krisis Ukraina oleh pemerintah dan orang-orang di seluruh dunia: bahwa Barat tidak dapat dipercaya dan bahwa dukungan rakyat adalah yang paling penting.

Baca juga: Rusia Putus Listrik di Mariupol, Kota Strategis Ukraina Dekat Crimea

“Dukungan oleh pemerintah Barat untuk administrasi dan politisi yang telah dipasang oleh mereka adalah fatamorgana,” katanya, mengutip penarikan pasukan Barat pimpinan AS dari Afghanistan karena jatuh ke Taliban sebagai contoh sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Rakyat, kata dia, adalah pendukung paling penting bagi pemerintah dan jika rakyat Ukraina sepenuhnya mendukung pemerintah, mereka tidak akan berada di tempat seperti sekarang ini.

“Berakar di NATO”

Reaksi Iran sebelumnya terhadap krisis Ukraina sejalan dengan sikap pemimpin tertinggi Iran, terutama mengidentifikasi NATO yang dipimpin AS sebagai pihak yang bersalah.

Presiden Iran Ebrahim Raisi pekan lalu adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang berbicara dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin, setelah dia memerintahkan invasi ke Ukraina.

Baca juga: Rusia Gempur Markas Militer Ukraina di Okhtyrka, 70 Tentara Tewas

Dalam panggilan teleponnya, Raisi mengatakan kepada Putin bahwa ekspansi NATO ke arah timur menghadirkan “ancaman serius” terhadap keamanan dan stabilitas negara-negara merdeka.

“Saya berharap apa yang terjadi akan membawa manfaat bagi bangsa dan kawasan,” kata Raisi.

Kementerian Luar Negeri Iran juga menegaskan pada beberapa kesempatan bahwa krisis itu “berakar di NATO”, tetapi telah menyerukan agar itu diselesaikan melalui cara-cara diplomatik.

Iran dan Rusia sedang mengincar perluasan hubungan bilateral dan telah membahas pembaruan perjanjian kerja sama 20 tahun selama kunjungan Raisi ke Kremlin pada Januari.

Rusia juga merupakan pemain utama dalam negosiasi selama berbulan-bulan di Wina, untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia. Ada indikasi pembicaraan sedang dalam tahap akhir.

Baca juga: Rusia Sebut Akan Terus Serang Ukraina Sampai Semua Tujuannya Ini Tercapai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com