KIEV, KOMPAS.com - Pengusaha asal Maroko, Aimrane Bouziane, menghela napas lega setelah melihat tanda boarding untuk penerbangannya menyala di bandara utama Kiev, di tengah kekhawatiran wilayah udara Ukraina akan segera ditutup.
"Saya rasa pilihan terbaik yang harus diambil adalah meninggalkan Ukraina sekarang," kata pria berusia 23 tahun itu sebelum berangkat ke pemeriksaan paspor.
"Saya pergi karena situasinya, karena saya sayang dengan hidup saya," lanjutnya dikutip dari kantor berita AFP, Minggu (13/2/2022).
Baca juga: Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?
Hubungan udara Ukraina dengan dunia tampak dalam bahaya setelah maskapai Perancis KLM menangguhkan penerbangan dengan alasan risiko, terkait adanya lebih dari 100.000 tentara Rusia yang melakukan latihan di sepanjang perbatasan Ukraina.
Washington memperingatkan, invasi Rusia ke Ukraina dapat dimulai kapan saja dan analis memperkirakan bahwa maskapai internasional lainnya juga akan segera berhenti terbang ke Kiev karena biaya asuransi yang melonjak.
Suasana yang sudah panas semakin menegang ketika sebuah maskapai penerbangan murah Ukraina mengalihkan penerbangan dari Portugal dan mendaratkan 175 penumpangnya di Moldova, karena perusahaan penyewaan pesawat dari Irlandia itu menolak izinnya untuk masuk Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Ukraina berusaha menyediakan bus untuk penumpang yang terdampar, sementara semakin banyak pemerintah Barat mendesak warganya untuk keluar selagi bisa.
Pelatih olahraga Amerika Denis Lucins berkata, dia berharap yang terbaik setelah mendarat di Kiev--yang bertentangan dengan panduan perjalanan AS--untuk mengunjungi istri dan putranya yang berusia tujuh tahun.
“Saya pribadi tidak berpikir apa pun akan terjadi,” kata Lucins mengacu pada peringatan AS tentang perang yang akan datang.
"Tapi sayangnya, tidak ada yang bisa membaca pikiran Vladimir Putin."
Baca juga: Sejarah Perang Rusia-Ukraina, sejak Era Kievan Rus hingga Aneksasi Crimea
Para pelancong dengan tenang minum kopi dan makan kue saat sinar matahari masuk ke terminal pada hari musim dingin.
Para pemimpin Ukraina semakin marah pada Washington karena merilis laporan intelijen hampir setiap hari yang menunjukkan ancaman perang yang akan segera terjadi.
"Semua informasi ini hanya memprovokasi kepanikan dan tidak membantu kami," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akhir pekan lalu.
Lucins pun mengaku khawatir tentang keselamatannya, tetapi dia bilang sudah tinggal di Ukraina sejak revolusi pro-Uni Eropa 2014 diikuti oleh pencaplokan Krimea oleh Rusia, dan dukungan untuk pemberontakan separatis di timur yang merenggut lebih dari 14.000 nyawa.