Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penerjemah Afghanistan Diblokir Relokasi, Bingung ke Mana Harus Pergi

Kompas.com - 15/10/2021, 14:54 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com - Seorang penerjemah Afghanistan, Abdul, yang bersembunyi di pinggiran Kabul mengatakan dia tinggal menunggu hari ditemukan dan dibunuh oleh Taliban.

Abdul adalah salah satu dari 11 penerjemah Afghanistan yang berbicara dengan BBC bahwa telah dihentikan dari relokasi ke Inggris, meskipun awalnya diberitahu bahwa mereka memenuhi syarat untuk pindah.

Mereka menerima surat yang mengatakan bahwa mereka "berhak untuk relokasi" ke Inggris di bawah skema pemerintah untuk menyelamatkan mantan penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk pasukan Inggris, seperti yang dilansir dari BBC pada Jumat (15/10/2021).

Baca juga: Delegasi Taliban Akan Hadir di Rusia, Bahas Masalah Afghanistan

Relokasi para penerjemah Afghanistan ke Inggris itu harus melewati pemeriksaan imigrasi, dan pada tahap akhir, Kantor Dalam Negeri memblokir mereka dengan alasan keamanan nasional.

Mereka diberitahu bahwa kehadiran mereka di Inggris tidak akan "kondusif untuk kepentingan publik".

Para penerjemah Afghanistan tersebut belum diberi rincian tentang mengapa mereka dianggap sebagai ancaman di Inggris. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan.

Kelompok pendukung penerjemah Afghanistan di Inggris menyerukan agar mereka diberi kesempatan untuk meninjau kasus. Mereka mengkritik kurangnya transparansi seputar keputusan otoritas Inggris.

Baca juga: Kepala Polisi Taliban Tewas dalam Bom Mobil di Afghanistan

Penerjemah Afghanistan bingung mau ke mana

Ketika pejabat dari Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kepadanya pada Juli bahwa dia memenuhi syarat untuk pindah, Abdul merasa lega.

Setelah pernah bekerja dengan pasukan Inggris di Helmand, Abdul khawatir dirinya akan menjadi target pembalasan ketika Taliban telah mengambil alih Afghanistan.

Saking takutnya dan demi keselamatannya, ia telah mengubah nama.

Penerjemah Afghanistan itu mempersiapkan penerbangan ke luar negeri dalam waktu 2 pekan untuk relokasi. Dia menjual sebagian besar hartanya, dan bersiap untuk berhenti dari pekerjaannya.

Namun pada 11 Agustus, ketika Taliban mendekati ibu kota, dia menerima surat yang mengatakan bahwa permohonan visanya telah ditolak dengan alasan "keamanan nasional" tanpa hak banding.

Abdul, seorang pegawai PBB yang juga bekerja untuk kedutaan Inggris dan pemerintah Afghanistan setelah meninggalkan tentara, terkejut dengan keputusan tersebut.

Baca juga: Perwakilan AS dan Taliban Gelar Pembicaraan, Bahas Bantuan Kemanusiaan Afghanistan

"Saya telah bekerja dengan kedutaan Inggris. Dan PBB tidak menoleransi pelanggaran," ujarnya.

Seorang juru bicara PBB mengkonfirmasi kepada BBC bahwa Abdul telah lulus pemeriksaan latar belakang untuk pekerjaannya di sana baru-baru ini pada 2019. Sehingga, berhak untuk relokasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com