Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rampok Kripto Rp 8,8 Triliun, Mr White Hat Ditawari Jadi Petinggi Perusahaan

Kompas.com - 20/08/2021, 14:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Poly Network, perusahaan korban perampokan mata uang kripto senilai 613 juta dollar AS (Rp 8,8 triliun), menawari pencurinya yang dijuluki Mr White Hat untuk menjadi petinggi di kantor tersebut.

Pencurian uang kripto yang menggegerkan dunia ini terjadi pada Selasa (10/8/2021), dan pelakunya dijuluki Mr White Hat karena berniat mengembalikan semua curiannya.

Hacker itu berkata, mereka hanya mencuri untuk bersenang-senang, menunjukkan kelemahan sistem keamanan, dan telah mengembalikan sebagian uang kripto Poly Network yakni 340 juta dollar AS (Rp 4,91 triliun).

Baca juga: Misteri Hilangnya Rp 8,8 Triliun Uang Kripto, Dikembalikan Hacker dengan Pesan Aneh

Seminggu kemudian pada Selasa (17/8/2021), Poly Network di blog-nya mengumumkan tawaran bagi Mr White Hat untuk menempati posisi kepala penasihat keamanan.

“Untuk menyampaikan terima kasih kami dan mendorong Mr White Hat terus berkontribusi pada kemajuan keamanan di dunia blockchain bersama dengan Poly Network, kami dengan hormat mengundang Mr White Hat untuk menjadi Kepala Penasihat Keamanan Poly Network," dikutip dari New York Post.

Poly Network mengungkapkan, peretas memanfaatkan beberapa kerentanan keamanan dalam sistemnya dan sekarang celah itu sedang ditambal.

Perusahaan tersebut menambahkan, perbaikan tidak akan sampai semalaman.

"(Kami) tidak berniat meminta pertanggungjawaban Mr White Hat secara hukum, karena kami yakin Mr White Hat akan segera mengembalikan penuh aset ke Poly Network dan para penggunanya."

Poly Network sebelumnya juga menawarkan imbalan 500.000 dollar AS (Rp 7,1 miliar) kepada Mr White Hat, karena menggunakannya atas kepentingan sendiri untuk tujuan keamanan siber."

Baca juga: Mr White Hat Dapat Rp 7,1 Miliar jika Kembalikan Rp 8,8 Triliun Kripto yang Dicuri

Setelah kecolongan pekan lalu, Poly Network secara terbuka meminta para peretas tersebut untuk mengembalikan curiannya, dengan memperingatkan bahwa “penegakan hukum di negara mana pun akan menganggap ini sebagai kejahatan ekonomi utama dan Anda akan dikejar.”

Peretas kemudian merespons secara publik dalam sesi tanya jawab berbasis blockchain, yang diadakan melalui pertukaran kripto terenkripsi dan dapat mencantumkan pesan.

“Tanyakan pada diri Anda sendiri apa yang harus dilakukan jika menghadapi begitu banyak keberuntungan. Meminta tim proyek dengan sopan agar mereka bisa memperbaikinya? Siapa pun bisa menjadi pengkhianat yang diberi satu miliar!” bunyi salah satu pesan.

"Aku tidak bisa mempercayai siapa pun!" lanjut pesan itu.

"Satu-satunya solusi yang bisa kudapat adalah menyimpannya di akun _terpercaya_ sambil menjaga diriku _anonim_ dan _aman_.”

Saat mengembalikan uang, orang tersebut menulis, "Itu memang rencananya! Aku _tidak_ tertarik dengan uang! Aku tahu itu menyakitkan ketika orang diserang, tetapi bukankah mereka seharusnya belajar sesuatu dari peretasan itu?"

Baca juga: Mr White Hat, Pencuri Kripto Rp 8,8 Triliun, Kembalikan Semua Curiannya

Para pakar keamanan siber minggu lalu mengonfirmasi, orang yang mengirim pesan itu terkait dengan akun yang digunakan dalam peretasan.

Meski begitu, beberapa pihak meragukan klaim peretas yang berencana mengembalikan uang kripto curiannya.

Para kritikus curiga, apakah peretas mengembalikannya karena berisiko ditangkap jika mengubah uang itu menjadi tunai.

Baca juga: Berniat Ekspos Kerentanan Platform, Peretas Curi Kripto Senilai Jutaan Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com