Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahanan Tertua di Guantanamo Bebas Setelah Ditahan Ilegal 16 Tahun Lebih

Kompas.com - 14/06/2021, 22:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

GUANTANAMO, KOMPAS.com - Saifullah Paracha (73) tidak pernah dituduh melakukan kejahatan, tetapi dia dicurigai memiliki keterkaitan dengan Al Qaeda.

Shelby Sullivan-Bennis, yang mewakili Paracha saat persidangan pada November lalu, mengatakan bahwa dewan peninjau tahanan membebaskan Saifullah Paracha dan dua pria lainnya.

Pembebasan tersebut tidak disertai alasan rinci, hanya menyimpulkan bahwa Paracha "bukan ancaman berkelanjutan" bagi AS, kata Sullivan-Bennis.

Baca juga: Penjara Kontroversial Guantanamo Akan Ditutup, Biden Luncurkan Peninjauan

Meski sudah diputuskan, tidak berarti hari kebebasan Paracha akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, keputusan tersebut menjadi langkah penting sebelum pemerintah Amerika Serikat merundingkan perjanjian repatriasi dengan Pakistan untuk kepulangan Paracha.

Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan, pihaknya bermaksud untuk melanjutkan upaya untuk menutup Guantanamo, proses yang sempat dihentikan oleh mantan Presiden Donald Trump.

Pengacara Paracha memprediksi kliennya akan bebas dan bisa pulang ke rumahnya dalam beberapa bulan ke depan.

"Pakistan menginginkan dia kembali, dan pemahaman kami tidak ada halangan untuk dia pulang," katanya.

Saifullah Paracha adalah satu dari 40 tahanan yang masih ditahan di Guantanamo. Dengan keputusan dewan peninjau terbaru ini, saat ini ada sekitar sembilan orang yang ditahan di Guantanamo yang telah disetujui untuk dibebaskan.

Ditahan tanpa tuduhan

Sebelumnya, Paracha telah menetap di Amerika dan memiliki properti di New York. Dia adalah seorang pengusaha kaya di Pakistan.

Pihak berwenang menuduhnya sebagai "fasilitator" Al Qaeda yang membantu dua konspirator dalam tragedi 11 September 2001.

Paracha membantah mengetahui jaringan Al Qaeda dan menyangkal dugaan keterlibatan dalam tindak terorisme. Paracha kemudian ditahan di Guantanamo sejak September 2004.

Baca juga: Sejarah Penjara Guantanamo yang Akan Ditutup oleh Joe Biden

Pada November lalu, Paracha, yang menderita sejumlah penyakit termasuk diabetes dan penyakit jantung, tampil di hadapan dewan peninjau, yang didirikan di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama.

Saat itu, pengacaranya mengatakan Paracha lebih optimis akan prospek pembebasannya, didukung oleh kemenangan Biden, kesehatannya yang memburuk, dan perkembangan kasus hukum yang melibatkan putranya, Uzair.

Pada Maret 2020, Uzair Paracha dibebaskan dan dipulangkan kembali ke Pakistan.

Nasib tahanan asal Indonesia Hambali belum jelas

Selain Paracha, dewan peninjau tahanan juga menyetujui pembebasan Utsman Abd Al Rahim Uthman, pria asal Yaman yang telah ditahan tanpa dakwaan di Guantanamo sejak Januari 2002.

Pengacaranya, Beth Jacob, menginformasikan kabar baik itu melalui sambungan telepon. "Dia senang, lega, dan berharap ini benar-benar akan mengarah pada pembebasannya," kata Jacob.

Baca juga: Dari Indonesia, Tinggal Hambali yang Masih Mendekam di Guantanamo

Encep Nurjaman alias Hambali alias Riduan Isamuddin (foto 2003) alas Indonesia yang masih ditahan AS di Guantanamo.AP/POLRI via DW INDONESIA Encep Nurjaman alias Hambali alias Riduan Isamuddin (foto 2003) alas Indonesia yang masih ditahan AS di Guantanamo.
Bagaimana nasib warga Indonesia Hambali alias Riduan Isamuddin, yang disebut-sebut sebagai Osama bin Laden Asia, masih belum jelas.

Hambali yang aslinya bernama Encep Nurjaman dan merupakan tokoh utama Jemaah Islamiah di bawah pimpinan Abu Bakar Ba'asyir menjadi buron utama Indonesia dan AS setelah peristiwa Bom Bali. Dia ditangkap di Thailand tahun Agustus 2003 dekat Bangkok.

Polisi Thailand menangkap Hambali ketika sedang mengusut rencana serangan bom ke KTT APEC Bangkok. Thailand lalu menyerahkan Hambali, yang ketika ditangkap menggunakan paspor Spanyol, kepada dinas rahasia AS, CIA, yang membawanya ke Afghanistan, kemudian ke kamp tahanan Guantanamo.

Baca juga: Terungkap, Hambali Juga Berencana Serang Sekolah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com