Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Vaksinasi Rahasia Ratusan Pejabat Terbongkar, Sejumlah Menteri Peru Mengundurkan Diri

Kompas.com - 17/02/2021, 17:23 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

LIMA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Peru mengundurkan diri di tengah kehebohan atas terbongkarnya skandal vaksinasi rahasia yang dilakukan ratusan pejabat pemerintah, bahkan sebelum negara itu mulai memberikan dosis kepada petugas kesehatan.

Melansir CNN pada Selasa (16/2/2021), Presiden Peru Francisco Sagasti mengatakan telah menerima pengunduran diri Elizabeth Astete. Penyelidikan kini sedang dilakukan terhadap pejabat publik senior lainnya yang telah menerima dosis awal vaksin Covid-19.

Wakil Menteri Kesehatan Peru Luis Suárez Ognio juga mengundurkan diri karena laporan bahwa dia divaksinasi sebelum petugas kesehatan.

Skandal itu pecah pada Kamis (11/2/2021) ketika mantan presiden Peru Martin Vizcarra mengonfirmasi laporan dia dan istrinya telah menerima suntikan vaksin dari perusahaan farmasi negara China, Sinopharm pada Oktober.

Vizcarra digulingkan dari jabatannya pada 9 November karena tuduhan korupsi.

Vizcarra mengklaim bahwa dia dan istrinya, Maribel Diaz Cabello, divaksinasi sebagai bagian dari uji klinis. Tetapi Universitas Cayetano Heredia, yang bertanggung jawab atas uji coba tersebut, membantah mereka berpartisipasi sebagai sukarelawan.

Baca juga: Relawan Alami Gangguan Saraf, Peru Tunda Uji Klinis Vaksin Sinopharm

Selama pemerintahan Vizcarra, 2.000 dosis tambahan dari vaksin Sinopharm telah diterima oleh Peru dan "beberapa pejabat publik senior divaksinasi," tulis Sagasti di Twitternya.

Berbicara kepada radio lokal RPP pada Minggu malam, Presiden baru itu menyampaikan kemarahannya dengan skandal tersebut.

Dia mengklaim dosis yang digunakan untuk memvaksinasi pejabat pemerintah disumbangkan oleh Sinopharm. Jadi, bukan bagian dari kelompok vaksin Covid-19 yang digunakan untuk uji coba yang dipimpin oleh Universitas Cayetano Heredia di Peru.

Sagasti mengumumkan sebanyak 487 orang "mengambil keuntungan dari posisi mereka" untuk menerima vaksin Sinopharm buatan China lebih awal,” menurut pidatonya yang disiarkan televisi Senin malam, media pemerintah Andina melaporkan.

"Kami mengulangi kekesalan dan kekecewaan kami setelah diberi tahu bahwa 487 orang, termasuk banyak pejabat senior, memanfaatkan posisinya. Mereka diimunisasi dengan vaksin Sinopharm, yang datang sebagai pelengkap dari yang digunakan dalam uji klinis di negara kami," kata Sagasti .

Menteri Kesehatan Peru Pilar Mazzetti mengundurkan diri pada Jumat (12/2/2021). Menteri kesehatan yang baru, Oscar Ugarte, telah meluncurkan penyelidikan untuk mengidentifikasi pejabat lain yang divaksinasi tahun lalu.

“Dengan transparansi dan ketegasan yang menjadi ciri Pemerintah kami, kami akan mempublikasikan hasil penyelidikan dan informasi yang diberikan oleh Pusat Studi Klinik Universitas Heredia Cayetano,” tambah pemimpin baru Peru itu.

Baca juga: Tenaga Kesehatan di Peru Turun ke Jalan, Tuntut Lebih Banyak APD

Menlu Astete adalah pejabat Peru memimpin negosiasi untuk membeli vaksin Sinopharm. Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (14/2/2021), dia mengaku divaksinasi pada 22 Januari dengan apa yang dia yakini sebagai "dosis yang tersisa dari batch yang dipegang oleh Universitas Heredia Cayetano."

“Sebagai hasil dari pengungkapan baru-baru ini tentang vaksinasi (mantan) Presiden Vizcarra dan istrinya, serta dampak yang dapat dimengerti dari berita ini terhadap opini publik, saya menyadari kesalahan serius yang saya buat, itulah mengapa saya memutuskan tidak menerima dosis kedua," katanya.

Peru menerima 300.000 dosis pertama vaksin Sinopharm pada 7 Februari. Vaksin Covid-19 ini mulai mendistribusikannya ke petugas kesehatan di garis depan dua hari kemudian, membuatnya menjadi negara Amerika Latin pertama yang melakukan langkah itu.

Negara tersebut telah menandatangani perjanjian lain dengan Pfizer dan Oxford-AstraZeneca, tetapi vaksin tersebut belum diluncurkan di sana.

Peru saat ini bergulat dengan kebangkitan virus. Dilaporkan ada lebih dari 6.000 kasus sehari, jumlah kasus Covid-19 tertinggi kelima di Amerika Latin, setelah Brasil, Kolombia, Argentina, dan Meksiko, menurut data dari Universitas Johns Hopkins.

Mereka juga menghadapi kekurangan tempat tidur unit perawatan intensif dan oksigen seiring dengan meningkatnya kasus.

Baca juga: Polisi Gerebek Kelab Malam di Peru, 13 Orang Tewas Terinjak-injak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com