Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Demo Menentang Kudeta Militer di Myanmar

Kompas.com - 08/02/2021, 14:57 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Ribuan orang menggabungkan diri dalam demonstrasi menentang kudeta yang dilakukan militer di Myanmar.

Di kota besar seperti Yangon, massa diperkirakan mencapai ratusan ribu, dan memulai hari ketiga unjuk rasa anti-militer.

Massa membentangkan spanduk bertuliskan "Turunlah kediktatoran militer", maupun "Bebaskan Daw Aung San Suu Kyi dan orang yang ditangka."

Baca juga: Relasi AS dan China Masih Tegang di Era Biden, Menlu AS Konfrontasi Langsung China Soal Myanmar dan Taiwan

Ada juga yang membentangkan poster "selamatkan Myanmar", "kami ingin demokrasi", dan menyanyikan lagu-lagu revolusioner.

"Ini hari kerja. Namun kami tak akan bekerja meski gaji kami dipotong," kata buruh pabrik tekstil, Hnin Thazin (28).

Pekerja konstruksi Chit Min (18), yang ikut dalam pawai, mengaku kecintaannya akan Suu Kyi mengalahkan kekhawatiran akan finansialnya.

"Saya pengangguran selama sepekan sejak kudeta militer, dan saya khawatir akan hidup saya," ujar Chit dikutip AFP Senin (8/2/2021).

Di kota terbesar kedua Myanmar, Mandalay, ribuan orang mengibarkan bendera merah dan memasang poster Aung San Suu Kyi.

Aksi protes juga terjadi di ibu kota Naypyidaw, di mana demonstran membunyikan klakson baik mobil maupun sepeda motor.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Myanmar Tuntut Militer Segera Bebaskan Aung San Suu Kyi

Adapun pada akhir pekan kemarin, puluhan ribu orang berdemo memprotes penangkapan Suu Kyi dan tokoh pemerintah lainnya pada 1 Februari.

Tatmadaw, nama militer Myanmar, menjustifikasi tindakan mereka karena menuding partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), melakukan kecurangan.

Angkatan bersenjata menyebut kemenangan NLD dalam pemilu di November 2020 tidak sah, sehingga memutuskan melakukan kudeta.

Junta mengumumkan masa darurat selama setahun, dan menjanjikan pemilu ulang tanpa memberikan tanggal pastinya.

Langkah Tatmadaw menuai kecaman dari berbagai penjuru dunia. Namun tidak dengan China yang notabene negara tetangga.

Baca juga: Paus Fransiskus Angkat Bicara soal Kudeta Myanmar dan Panjatkan Doa

Dari AS, Presiden Joe Biden bahkan sudah mengancam bakal menjatuhkan sanksi jika Aung San Suu Kyi dan pemimpin lainnya tak dibebaskan.

Kemudian Paus Fransiskus pada Minggu (7/2/2021) meminta militer mengedepankan jalan demokrasi, sembari memberi dukungan bagi rakyat Myanmar.

Kyaw Zin Tun (29), mengingat betul hari-hari yang dia habiskan saat berada di bawah kekuasaan junta pada 1990-an.

Dia mengungkapkan dalam lima tahun, sejak demokrasi dijalankan, mereka bisa mengenyahkan ketakutan akan pemerintahan junta.

"Namun, kini ketakutan itu kembali. Karena itu, tak ada jalan lain selain menyingkirkan militer demi masa depan kita semua," tegasnya Kyaw.

Baca juga: Internet di Sebagian Myanmar Nyala Lagi Setelah Mati Senegara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com