Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Mungkin Tidak Akan Ada "Peluru Perak" untuk Covid-19

Kompas.com - 03/08/2020, 20:16 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (3/8/2020) memperingatkan, mungkin tidak akan pernah ada "peluru perak" untuk Covid-19, meski pembuatan vaksin terus dikejar.

WHO lalu mendesak para pemerintah dan warga negara untuk fokus melakukan langkah-langkah dasar yang sudah diketahui, seperti pengujian, pelacakan kontak, social distancing, dan mengenakan masker.

Hal-hal tersebut telah membentuk tatanan hidup baru (new normal) di masyarakat, di tengah mencuatnya krisis ekonomi.

Baca juga: WHO: Pandemi Covid-19 Kemungkinan Akan Bertahan Lama...

"Kita semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu orang dari infeksi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual yang dikutip AFP Senin (3/8/2020).

"Bagaimana pun, tidak ada peluru perak sekarang - dan mungkin tidak akan pernah ada."

"Untuk sekarang, mencegah wabah dilakukan dengan dasar-dasar kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit."

"Lakukan itu semua," desak Tedros.

Baca juga: WHO Sebut Lockdown Bukan Strategi Berkelanjutan untuk Hentikan Covid-19

Virus corona jenis baru ini telah menewaskan lebih dari 693.000 orang dan menginfeksi setidaknya 18,2 juta penduduk dunia, sejak merebak di Wuhan, China, Desmeber 2019.

Misi China

Pada awal Mei WHO mulai mendesak China untuk mengundang para pakar, guna membantu penyelidikan hewan asal mula Covid-19.

Induk kesehatan dunia itu kemudian mengirim ahli epidemiologi dan spesialis kesehatan ke Beijing pada 10 Juli, sebagai langkah awal penyelidikan bagaimana virus ini bisa menular ke manusia.

Misi pertama itu disebut Tedros sudah selesai.

"Tim lanjutan WHO yang melakukan perjalanan ke China kini telah menyelesaikan misi mereka untuk meletakkan dasar bagi upaya bersama selanjutnya dalam mengindentifikasi asal virus."

"WHO dan para pakar China telah menyusun kerangka acuan untuk studi dan program kerja tim internasional, yang dipimpin WHO."

Baca juga: WHO: Virus Corona Darurat Kesehatan Paling Parah yang Pernah Dihadapi

"Tim internasional akan mencakup ilmuwan dan peneliti terkemuka dari China dan seluruh dunia."

"Studi epidemiologis akan dimulai di Wuhan untuk mengidentifikasi sumber potensial infeksi dari kasus-kasus awal."

"Bukti dan hipotesis yang dihasilkan melalui penelitian ini akan menjadi dasar bagi studi jangka panjang selanjutnya."

Namun tim itu belum kembali ke markas WHO di Jenewa, Swiss, untuk melakukan sesi tanya jawab.

Para ilmuwan meyakini virus bernama resmi SARS-CoV-2 ini melompat dari hewan ke manusia, dan kemungkinan dari pasar Wuhan yang menjual daging hewan ekstrem.

Pihak berwenang di China mengatakan, virus bisa jadi menyebar dari pasar di kota itu yang menjual hewan hidup serta liar, tapi tidak ada konfirmasi lebih lanjut.

Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 di Inggris karena WHO Dibeli China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com