JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang mematikan, para tenaga medis (nakes) di seluruh dunia juga menghadapi permasalahan yang pelik.
Amnesty International melaporkan nakes yang gugur karena pandemi ini tercatat lebih dari 3.000 orang.
Para nakes yang meninggal tersebut mayoritas berasal dari Amerika Serikat (AS), Brasil, Rusia, Inggris, Meksiko, dan Italia.
Direktur Utama Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan mayoritas para nakes bekerja dengan alat perlindungan diri (APD) yang tidak memadai.
Di antara mereka bahkan ada yang memakai jas hujan sebagai pengganti APD karena sangat minimnya APD. Itu tentu sangat berisiko terhadap kesehatan nakes itu sendiri.
Baca juga: 2 Tenaga Medis Positif Corona Kontak dengan 25 Nakes Lain, Satu Puskesmas di Gianyar Bali Ditutup
"Bahkan di sejumlah negara, ada nakes yang membeli sendiri APD mereka," ujar Hamid dalam konferensi pers daring bertajuk Silenced, Exposed, Attacked: Governments have failed to protect health and essential workers facing COVID-19, Senin (13/7/2020).
Usman menambahkan jumlah nakes yang dilaporkan mengalami gangguan kesehatan mental juga meningkat. Depresi dan insomnia membayangi para nakes akibat penumpukan beban kerja dan ketakutan akan terinfeksi virus corona itu sendiri.
Hal itu disebabkan karena mereka bekerja dengan penuh tekanan dan mengalami penumpukan beban kerja.
"Di Sudan, lab pengujinya hanya satu. Para stafnya harus bekerja selama 16 jam untuk melakukan pengujian terhadap 5.000 sampel," sambung Usman.
Selain menghadapi permasalahan-permasalahan di atas, insentif dan tunjangan terhadap nakes rupanya juga tidak berjalan mulus. Para nakes di berbagai negara bahkan tidak dibayar secara layak.
Baca juga: Sebanyak 85 Persen Rumah Sakit di Jateng Ajukan Insentif Nakes Corona
Mereka tidak mendapatkan paket tunjangan dan tanggungan kesehatan atas diri mereka dan keluarga mereka.
"Di Sudan Selatan, beberapa nakes tidak dibayar sejak awal pandemi, Di Guatemala, ada 46 nakes yang belum dibayar dalam jangka waktu cukup lama, 2,5 bulan," lanjut Hamid.
Oleh sebab itu, Amnesty International menyerukan kepada negara agar memastikan nakesnya mendapatkan APD yang memadai.
Hal itu untuk melindungi para nakes selama pandemi Covid-19 ini.
Sementara itu, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah, mengatakan nakes, terutama perawat, memang sangat rentan dan berisiko terinfeksi virus corona karena berhubungan langsung dengan pasien.
Baca juga: Skor Fasilitas Kesehatan di Jakarta Merosot akibat Nakes Terdampak Covid-19