Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporkan 2 Orang Tak Ikuti Prosedur Tes Virus Corona, Pria di India Tewas Dihajar

Kompas.com - 31/03/2020, 22:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Seorang pria di India tewas dihajar setelah melaporkan dua orang di desanya yang melewati prosedur tes dan karantina virus corona.

Lelaki bernama Bablu Kumar itu dinyatakan meninggal saat dibawa ke rumah sakit pada Senin malam setelah diserang sekelompok orang di Desa Madhaul, Negara Bagian Bihar.

Polisi mengungkapkan, semua berawal ketika Kumar menelepon layanan virus corona, dan memberi tahu ada dua pekerja migran baru kembali dari Maharashtra.

Baca juga: Hadiri Tabligh Akbar India, 10 Orang Meninggal karena Terinfeksi Corona

Dilansir The Independent Selasa (31/3/2020), dua pria itu, Munna Mahto dan Sudhir Kumar, nampaknya tidak melakukan pemeriksaan dan pemberitahuan karantina.

Mendapat laporan itu, tim medis pun datang ke Madhaul dan melakukan pemeriksaan kepada Sudhir dan Mahto sebelum kemudian pergi.

Tak lama setelah tim medis pergi, sekelompok orang datang ke rumah Kumar, di mana dia dihajar hingga tewas. Polisi pun bergerak cepat dan menangkap tujuh pelaku, termasuk Sudhir dan Mahto.

Kepada The Hindustan Times, kakak Kumar, Guddu, mengatakan sebenarnya adiknya itu juga berstatus pekerja migran dari Pune. Tapi, dia pulang dua bulan sebelumnya.

Sejak pekan lalu, pemerintah India sudah mengumumkan lockdown untuk mengatasi virus corona, yang berdampak kepada 1,3 miliar warganya.

Sementara keputusan Delhi menutup perbatasan internasional dipuji pakar kesehatan, masalah pun timbul terutama dari pekerja migran.

Karena hanya mengandalkan pendapatan harian, para pekerja itu tidak punya pekerjaan dan memilih untuk kembali ke kampung halaman.

Baca juga: Pekerja Migran di India Disemprot Disinfektan, Netizen: Kalian Ingin Bunuh Corona atau Manusia?

Mereka menaiki bus atau berjalan kaki hingga ratusan kilometer. Melihat banyaknya gelombang pemudik, otoritas Bihar menerapkan aturan ketat.

Berdasarkan aturan tersebut, setiap pemudik yang kembali harus bersedia menjalani pemeriksaan dan dikarantina selama 14 hari.

Berdasarkan keterangan pejabat sipil Bihar, 50.000 pekerja migran kembali selama 24 jam terakhir. Mereka mendapat makanan, pelayanan kesehatan, termasuk karantina.

Namun menerima gelombang sebanyak itu, apalagi bagi negara bagian miskin seperti Bihar, menciptakan atmosfer ketakutan, dan ketidakpercayaan.

Rasksh Jha, pejabat lokal kepada The Print mengungkapkan, paa pekerja itu menghadapi boikot sosial di tempat asal mereka.

"Tidak ada yang berani mendekati mereka. Kami juga tidak mempunyai cukup ruang untuk menggelar pemeriksaan," kata Rasksh.

Baca juga: Peringatkan Warga agar Tak Keluyuran Saat Lockdown, Polisi India Pakai Helm Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com