KOMPAS.com - Kepulan asap sate yang dibakar di atas arang menyeruak mengeluarkan aroma sedap saat saya melewati deretan gerai sate khas Minang di Festival Budaya Minang Luhak Nan Tigo 2022.
Beberapa pramusaji hilir mudik nampak mengangkat sejumlah piring berisi puluhan tusuk sate yang nampak lezat disiram kuah hangat dan taburan bawang goreng.
Dari banyaknya sate yang dijajakan oleh pedagang, ada tiga kategori sate khas Minang yang saya temui, yakni sate padang, sate padang pariaman, dan sate danguang-danguang. Apa bedanya?
Baca juga:
Sate padang merupakan jenis sate yang sudah umum ditemui di wilayah Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat seperti pulau Jawa.
Di Sumatera Barat, sate padang disebut juga dengan sate darek, yaitu jenis sate dengan bumbu yang medok dan berkuah kental.
Kuah sate padang umumnya dibuat dari bahan-bahan dasar seperti tepung beras dan kunyit dalam jumlah banyak, sehingga warna kuah nampak cenderung kuning kecoklatan.
Masing-masing pedagang sate padang biasanya punya racikan bumbu tersendiri, sehingga menciptakan bentuk dan cita rasa kuah setiap sate padang menjadi berbeda.
Lain halnya dengan sate padang pariaman, jenis sate ini memiliki ciri khas kuah kental dan berwarna merah kecoklatan.
Warna merah ini berasal dari kombinasi rempah dan cabai merah dalam jumlah banyak. Sehingga tidak hanya menghasilkan warna cerah, tetapi juga rasa yang cenderung pedas.
Bila berkunjung ke Sumatera Barat, sate padang pariaman dapat dijumpai mulai dari daerah pesisir Pariaman hingga ke daerah Padang Pariaman.
Cita rasa pedas sate padang pariaman nikmat disantap dengan kerupuk jangek ( kerupuk kulit sapi).
Baca juga: