KOMPAS.com - Warkop Ketan Surabaya merupakan tempat nongkrong yang tak sekedar menjadi tempat singgah. Namun juga memberikan kesan tersendiri bagi siapa saya yang berkunjung.
Bagaimana tidak, Warkop Ketan Surabaya menghadirkan konsep tempat semi kafe dengan dekorasi horor yang cukup kental. Di sana, kamu menemukan replika makam hingga jenazah di sudut warkop.
Nuansa mencekam ini sengaja dihadirkan bukan hanya sebagai daya tarik pengunjung saja. Namun juga sang pemilik yang ingin memberikan nilai kehidupan di baliknya.
Baca juga:
Melalui sambungan telepon, Kompas.com berbincang dengan Dio Bagus, pemilik Warkop Ketan Surabaya seputar awal mula kemunculan ide warkop horor hingga tantangan dalam menghadapi usaha warkop selama pandemi pada Jumat (1/10/2021).
Simak ulasan seputar Warkop Ketan Surabaya atau yang dikenal dengan warkop horor. Hati-hati bikin bulu kuduk berdiri.
Dalam penuturannya, Dio mengungkapkan kalau konsep warkop horor ini merupakan konsep warkopnya yang kedua.
“Di warkop itu sebenarnya ada dua konsep. Pertama, konsep pedesaan yang sudah lebih dulu dibuat. Kedua, konsep horor.” kata Dio.
Hadirnya kedua konsep dalam warkop miliknya bukan hanya dibuat tanpa alasan. Dio selaku pemilik Warkop Ketan Surabaya ingin menunjukkan pesan-pesan untuk para pelanggangnya.
“Di Surabaya ini kan banyak gedung-gedung. Buat yang sudah bosan dengan pemandangan seperti itu. Nah, saya bukalah warkop dengan konsep pedesaan untuk merelaksasi para pelanggan agar mereka seakan-akan seperti di desa” jelas Dio kepada Kompas.com.
Baca juga: 15 Toko Roti di Surabaya, Ada yang Buka Sejak 1978
Bukan hanya itu, Dio juga menuturkan kalau munculnya ide konsep warkop horor ini juga tak hanya sekadar muncul.
Namun, ia meyiratkan sebuah pesan mengesankan kepada para pelanggannya dari konsep warkop horor tersebut.
“Kedua, konsep warkop horor. Orang kalau ngomongin soal hal-hal mistis kan selalu menarik dan bikin penasaran ya. Di Warkop saya, ada replika kuburan dan mayat juga. Sengaja menaruh itu supaya orang yang nongkrong di sana mengingat akan kematian.” tutur Dio.
Baca juga: 15 Kuliner Pedas di Surabaya, Harganya Mulai dari Rp 10.000