Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikukuhkan Jadi Guru Besar UPH, Prof. Irawati: Pencemaran Tembaga Makin Meresahkan

Kompas.com - 26/01/2024, 21:26 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Pelita Harapan (UPH) mengukuhkan Prof. Wahyu Irawati sebagai Guru Besar Mikrobiologi pada 23 Januari 2024.

Dalam orasi ilmiah, dia memaparkan karya penelitiannya dengan judul "Formulasi Konsorsium Bakteri Pembentuk Granula sebagai Biosorben Tembaga untuk Mengatasi Pencemaran Lingkungan".

Dalam karya ilmiahnya, dia berfokus pada isu pencemaran lingkungan oleh tembaga yang makin hari kian meresahkan. Kontaminasi logam berat merupakan salah satu permasalahan lingkungan serius di Indonesia yang dapat merusak ekosistem perairan dan mengancam kesehatan manusia.

Baca juga: UP Kukuhkan 1 Guru Besar Bidang Ilmu Hukum di Awal 2024

Tembaga yang memiliki kandungan toksin (racun) dapat menyebabkan kegagalan sistem saraf dan otak manusia, gagal jantung dan hati, gangguan reproduksi, tumor, kanker, dan penyakit Wilson.

"Maka dari itu, penelitian ini sangat penting bagi kelangsungan lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia," kata dia dalam keterangan resminya, Jumat (26/1/2024).

Dia menyebut, tembaga merupakan salah satu pencemar yang paling banyak di Indonesia. Hasil laporan penelitian menunjukkan beberapa sungai di Indonesia sudah tercemar tembaga melebihi ambang batas.

"Kasus pencemaran yang paling parah terjadi pada tahun 1996, yaitu di Pantai Timur Surabaya, di mana diketahui hasil penelitian menunjukkan ikan dan kerang di sekitar pantai tersebut telah mengandung tembaga dengan kandungan 2-5 kali lipat dari ambang batas yang diperbolehkan oleh WHO," tegas dia.

Lanjut, Prof. Irawati menyoroti tiga metode pengolahan limbah yang umum diterapkan di Indonesia, yaitu metode kimia, fisiokimia, dan biologis (bioremediasi).

Di antara ketiganya, Prof. Irawati menegaskan bioremediasi menjadi pilihan paling ekonomis dan ramah lingkungan. Hal ini menjadi dasar penggunaannya bakteri indigen olehnya dalam menangani limbah tembaga.

Dalam penelitiannya, Prof. Irawati juga menjelaskan tingkat keberhasilan metode pengelolaan limbah biologis dengan menggunakan konsorsium bakteri sebagai agen bioremediasi sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi sinergis atau antagonis antara populasi bakteri yang berbeda dalam limbah.

Baca juga: Tambah 3, Unhas Telah Punya 500 Guru Besar

Prof. Irawati menyebut sudah lebih dari 30 tahun lamanya tertarik dan meneliti bakteri yang resisten tembaga.

Penemuannya memang masih harus melewati penelitian yang panjang hingga layak diterapkan dalam industri.

Namun, penelitiannya bagaikan angin segar yang dapat menunjang program pemerintah demi menanggulangi pencemaran lingkungan, khususnya tembaga.

Rektor UPH, Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak menyampaikan apresiasinya kepada Prof. Irawati yang kini menjadi Guru Besar ke-32 di UPH.

Dia bangga dengan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Irawati terkait isu lingkungan, suatu aspek yang sangat relevan dengan situasi saat ini di Indonesia dan global.

Baca juga: Tambah 93 pada 2023, UI Kini Punya 432 Guru Besar

"Kami juga memberikan penghargaan pada dedikasinya dalam mendukung visi dan misi UPH untuk melahirkan lebih dari 3.000 guru yang siap mengajar di seluruh Nusantara. Selamat kepada Prof. Ira atas prestasinya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com