Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja "Shift" Malam Picu Penyakit Jantung? Ini Penjelasan Pakar UM Surabaya

Kompas.com - 29/12/2023, 18:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. World Health Organization atau WHO menyebut kematian setiap tahun mencapai 17,8 juta orang akibat penyakit jantung.

Di Indonesia sendiri angka kematian akibat jantung koroner mencapai hingga 650.000 orang per tahun.

Pemicu jantung koroner itu beragam. Salah satunya kekurangan jam tidur. Lalu bagaimana dengan pekerja yang memiliki jam kerja malam atau shift malam?

Baca juga: Pakar UM Surabaya: 7 Cara agar Anak Tidak Mudah Sakit Saat Musim Hujan

Terkait hal itu, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah atau UM Surabaya, Firman menjelaskan terlebih dahulu bila penyakit jantung koroner merupakan kondisi penyempitan pada pembuluh darah koroner yang disebabkan oleh sumbatan aterosklerosis atau plak ateroma.

Awalnya, plak ukuran kecil menempel pada dinding pembuluh arteri koroner, namun lama-lama plak makin banyak sehingga penyempitan makin besar.

Akibatnya darah terhambat tidak bisa mengalir pada bagian otot jantung tertentu, disitulah timbul rasa nyeri pada bagian dada seperti tertimpa beban berat dan menjalar ke punggung atau lengan.

“Gejala ini biasanya bisa berkurang dengan istirahat, namun jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit makin parah dan gejalanya pun makin berat dan tidak berkurang walaupun istirahat,”ujar Firman dilansir dari laman UM Surabaya pada Kamis (23/12/2023).

Baca juga: 6 Cara Menabung Biaya Sekolah Anak bagi Pasangan Baru

Firman menyebut pemicu jantung koroner biasanya karena gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan, kurang beraktivitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan stres.

Namun banyak orang yang masih belum menyadari bahwa pola tidur yang rendah juga bisa berisiko tiga kali lebih besar mengalami penyakit jantung koroner, daripada orang dengan pola tidur yang bagus.

Ia menjelaskan, sebuah penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Shen dan tim pada tahun 2023 yang melibatkan 400.000 orang di Taiwan selama 5 tahun.

Temuan dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa kualitas tidur yang rendah dan durasi tidur kurang dari 4 jam perhari, membuat sebanyak 34 persen orang mengalami penyakit jantung koroner.

Pada saat yang sama, salah satu alasan pola tidur rendah karena begadang atau jaga malam saat shift malam.

Untuk melihat hubungan keduanya, Firman memberikan hasil studi Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School (HMS) di Amerika Serikat yang menjelaskan bahwa bekerja shift malam selama 10 tahun berisiko 15 hingga 18 persen lebih tinggi bisa mengalami penyakit jantung koroner.

Baca juga: Beasiswa S2 Italia 2024 Tanpa LoA dan Wawancara, Dapat Tunjangan Rp 137 Juta

Shift malam bukanlah faktor yang secara langsung bisa menimbulkan penyakit jantung koroner. Namun faktor lain yang memiliki risiko secara langsung harus dikendalikan seperti obesitas, hal ini dapat kita kendalikan dengan olahraga teratur dan pola makan yang sehat, agar berat badan tidak berlebih hingga menimbulkan obesitas,” imbuh Firman lagi.

Ia menegaskan jika seseorang sedang shift malam usahakan berikan waktu istirahat sejenak di sela-sela waktu walaupun cuman sebentar.

Hal itu sangat penting bagi tubuh untuk mempertahankan waktu istirahat yang cukup, serta bisa memulihkan kembali energi yang telah digunakan.

“Menjaga pola makan dan olahraga teratur juga dapat mencegah hipertensi, dislipidemia dan penyakit lainnya, yang bisa memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Selain itu dengan tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol serta dengan menjaga pola tidur yang cukup, sangat penting dan efektif mengurangi risiko penyakit jantung,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com