Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikan Perubahan, Guru dan Satuan Pendidikan Dukung Kurikulum Merdeka

Kompas.com - 22/12/2023, 19:11 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rencana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menerapkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional mulai tahun 2024 mendapatkan sambutan positif dari para pemangku kepentingan di sektor pendidikan.

Kurikulum Merdeka dinilai telah membawa perubahan dalam kegiatan belajar dan mengajar.

Baca juga: Lebih dari 900 SMK Sudah Implementasikan Kurikulum Merdeka

Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Mamboro, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, Dominggus mendukung rencana implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional.

Menurut dia, Kurikulum Merdeka telah mendorong perubahan paradigma pembelajaran yang lebih menyenangkan dan berpusat pada peserta didik serta dapat disesuaikan dengan karakteristik daerah.

"Saya sangat setuju jika Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional sudah sesuai kebutuhan pendidikan di Indonesia saat ini. Kurikulum Merdeka juga tidak membedakan lagi sekolah yang di kota dan di desa, semua satuan pendidikan memiliki hak kemerdekaan dalam mewujudkan visi misi pendidikan Indonesia," kata dia dalam keterangannya, Jumat (22/12/2023).

Dominggus menceritakan SMAN 1 pernah mengalami krisis pembelajaran sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka.

Penyebabnya adalah proses pembelajaran yang monoton disampaikan para guru, belum adanya platform belajar bagi pendidik sesuai kebutuhan saat ini, serta kondisi sekolah yang berada di wilayah terpencil.

Selain itu, pihaknya juga menghadapi kurangnya motivasi para peserta didik dalam mengembangkan diri.

"Terjadinya perubahan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat kepada peserta didik dan pengembangan penguatan profil pelajar Pancasila yang sesuai karakteristik sekolah sehingga adanya peningkatan prestasi akademik dan non-akademik," ungkapnya.

Pada kesempatan terpisah, Guru SMAN 4 Ternate, Maluku Utara, Santi Evaria menyatakan dukungannya terhadap implementasi Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional.

"Saya mendukung Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional karena dampak positif yang signifikan terhadap peserta didik," tutur Santi.

Menurut Santi, Kurikulum Merdeka sangat tepat untuk menghadapi tantangan pendidikan Indonesia saat ini.

Kurikulum Merdeka adalah jawaban atas perkembangan zaman yang begitu cepat serta perubahan kondisi siswa pasca pandemi Covid-19. Dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, para guru bisa lebih mengenali bakat dan minat siswa.

Baca juga: Kemendikbud: Pencapaian Kurikulum Merdeka Bisa Terlihat pada PISA 2025

"Saya sebagai guru rasanya lebih fleksibel dan diberikan kebebasan dalam berinovasi dan tidak terkungkung dengan struktur yang dibatasi selama ini. Para guru bisa menggali dan mengeksplorasi kemampuan, minat, serta bakat para siswa," ungkap Santi.

Santi berharap dengan implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional dapat semakin mempercepat peningkatan kualitas dan kompetensi guru.

"Serta dampak untuk para siswa dapat menghasilkan generasi yang memang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan memiliki kompetensi, keterampilan spiritual, keterampilan sosial serta pengetahuan yang baik sehingga mereka siap menghadapi tantangan kedepan dan menjadi manusia yang merdeka di atas kakinya sendiri," kata Santi.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo telah mengatakan sebelumnya sudah ada 80 persen sekolah di semua jenjang secara sukarela telah menerapkan Kurikulum Merdeka.

Dia memastikan Kurikulum Merdeka akan diproyeksikan menjadi kurikulum nasional pada 2024.

Baca juga: Nadiem Yakin Kurikulum Merdeka Terus Lanjut meski Ganti Menteri

"Mereka yang masih menggunakan Kurikulum 2013, bisa bertahap berubah menjadi Kurikulum Merdeka," tutup Anindito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com