Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurikulum Merdeka Tunjukkan Perbaikan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kompas.com - 06/12/2023, 18:50 WIB
Theresia Aprilie,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengumumkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada tahun 2022 meningkat.

PISA merupakan penilaian internasional yang dilakukan tiga tahun sekali oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun di bidang literasi, numerasi, dan sains.

Jika dibandingkan dengan hasil PISA tahun 2018, PISA Indonesia tahun 2022 menunjukkan kenaikan 5-6 peringkat.

Baca juga: Kurikulum Merdeka: Penilaian Akhir Semester Bisa Berbentuk Proyek

Pada aspek literasi atau membaca rata-rata dunia turun hingga 18 persen, sedangkan Indonesia hanya mengalami penurunan sebesar 12 persen.

Lalu, di aspek numerasi, posisi Indonesia juga menunjukkan kenaikan 5 posisi dibanding tahun 2016. Sementara itu, pada aspek sains, peningkatannya naik sebanyak 6 posisi.

Peningkatan ini dinilai cukup baik sebab survei PISA 2022 mengambil sampel ketika seluruh dunia menghadapi learning loss saat pandemi Covid-19.

Baca juga: 26 Episode Merdeka Belajar yang Digagas Mendikbud Nadiem Makarim

"Selama 2022, Indonesia juga mengalami learning loss, karena itu pengambilan sampel ini cukup unik. Untungnya Indonesia bisa tetap naik 5 sampai 6 posisi secara global atau internasional," ujarnya saat Perilisan Hasil PISA 2022 melalui tayangan Youtube Kemendikbud RI pada Rabu (5/12/2023).

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, tentang pemulihan pembelajaran di Asesmen Nasional tahun 2023.

Baca juga: Peran Orangtua Jadi Penentu Kesuksesan Penerapan Kurikulum Merdeka, 3 Ibu Ini Ceritakan Faktanya

“Sejak PISA 2022, kita sudah punya data Asesmen Nasional dari tahun 2023 dan ini. Kalau kita membandingkan AN tahun ini dengan 2021 ketika pandemi, maka kabar gembiranya kita sudah mengalami pemulihan pembelajaran semua jenjang untuk literasi maupun numerasi,” ucapnya pada acara Forum Diskusi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar di Gedung A Kemendikbud, Selasa (5/12/2023), yang digelar oleh Tanoto Foundation bersama The Smeru Research Institute.

Ia mengatakan, pemulihan ini juga terjadi terutama di sekolah-sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka.

Hal ini, lanjut dia, membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka, sebagai kurikulum sederhana yang berfokus pada pembelajaran numerasi, literasi, dan karakter lebih baik untuk diterapkan. Apalagi, kurikulum ini memberi kepercayaan kepada guru untuk menjadi pendidik profesional. Guru diberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan keadaan murid yang diajar.

Baca juga: Mendikbud: Merdeka Belajar Jadi Praktik Baik Pengamalan Nilai Luhur Pancasila

“Bisa dilihat grafik yang menurun menunjukkan bahwa yang mengalami progress belajar paling tinggi adalah sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka paling lama. Jadi, semakin lama penerapan Kurikulum Merdekanya maka semakin tinggi tingkat pemulihan literasi dan numerasinya,” tuturnya.

Ia menambahkan, Kurikulum Merdeka sendiri sudah dirancang sejak tahun 2020 selama pandemi dan diimplementasikan sebagai prototipe pada tahun 2021 di sekitar 3.000 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Sekolah yang menerapkan kurikulum ini juga tidak hanya sekolah favorit, tetapi juga sekolah-sekolah di daerah terpencil. Tahun 2022, diterapkan secara sukarela dan ada sekitar 140.000 sekolah yang berminat menerapkan.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Ungkap Alasan Ranking Indonesia di PISA 2022 Naik

Lalu, di tahun 2023 ada penambahan menjadi 160.000 sekolah. Maka dari itu, sebelum diterapkan menjadi kurikulum nasional pada 2024, sebagian besar sekolah Indonesia sudah menerapkan dan sudah memperlihatkan hasil yang baik.

“Insyaallah, kalau tahun depan kita terapkan sebagai kurikulum nasional disrupsinya akan minimal. Disrupsi ada tetapi disrupsi baik. Guru mungkin bingung bagaimana melakukan asesmen awal, itu adalah disrupsi yang baik,” jelasnya.

Apalagi, ketika guru mulai merasa bingung terkait cara meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa bukan lagi menghabiskan konten pembelajaran.

“Jadi tahun depan betul akan ditetapkan menjadi kurikulum nasional akan ada 2 hingga 3 tahun transisi belum semua menjadi kurikulum merdeka. Namun, sebagian besar sudah mulai berproses dengan tingkatan kualitas yang berbeda-beda tetapi arahnya sudah benar,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com