Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Peran Orangtua Jadi Penentu Kesuksesan Penerapan Kurikulum Merdeka, 3 Ibu Ini Ceritakan Faktanya

Kompas.com - 20/10/2023, 10:14 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Keterlibatan orangtua menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan penerapan Kurikulum Merdeka.

Orangtua diharapkan dapat mengubah paradigma berpikir anak-anak, bahwa sekolah bukan hanya tempat penitipan anak, tetapi juga tempat untuk menerima proses pembelajaran.

Orangtua juga diharapkan dapat terlibat aktif, mendukung semua kegiatan anak-anak mereka dengan baik, supaya tujuan pemerintah untuk menghadirkan generasi Indonesia yang mengamalkan Profil Pelajar Pancasila dapat tercapai.

Salah satu orangtua murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Irsyad Al Islamiyyah Bandung, Adhya Utami Larasati mengungkapkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah anaknya membuat ia dapat melihat dengan jelas "koridor" pendidikan.

Baca juga: Studi: Orangtua Cenderung Pilih Sekolah yang Terapkan Teknologi Pembelajaran

Koridor tersebut dipandang sebagai jalur bagi anak Adhya dalam mengembangkan bakat berdasarkan karakteristik anak.

Melalui Kurikulum Merdeka, ia juga mulai mengerti apa yang ingin dicapai dari Profil Pelajar Pancasila, sebagai karakter dan kompetensi yang diharapkan tumbuh melalui proses pembelajaran anak.

“Melalui poin beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, anak-anak diajarkan beribadah, belajar adab. Kemandirian juga menjadi fokus dari Profil Pelajar Pancasila,” ujar Adhya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (20/10/2023).

Sebagai orangtua, lanjutnya, ia juga ikut bergotong royong untuk melatih kemandirian anak dengan melatih life skill dan mengajarkan mereka bertanggung jawab dengan propertinya sendiri.

Baca juga: Dukung Perkembangan Anak, Semarang Punya Kampung Sehat Ramah Anak

Adhya mengungkapkan, Kurikulum Merdeka membuatnya dapat melihat perkembangan anak secara berkala, terutama dalam pelaksanaan P5.

Ia merasa bahwa anaknya berbahagia melaksanakan proyek dan melihat anak-anak mulai mengerti bagaimana pola bekerja sama dengan tim.

“Saya melihat anak-anak sangat antusias menyiapkan ekspo P5 untuk presentasi proyek mereka. Mereka belajar gotong royong. Meskipun ada proyek pribadi seperti menanam tanaman di rumah dan lainnya, tapi ekspo dalam P5 mengajarkan mereka cara kerja berkelompok,” ucap Adhya.

Menurutnya, kerja berkelompok mengajarkan anak-anak untuk lebih menekan sifat individualistik mereka.

Baca juga: Studi: Orangtua Cenderung Pilih Sekolah yang Terapkan Teknologi Pembelajaran

Meski begitu, keterlibatan orangtua dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka bukan tanpa tantangan sama sekali.

Adhya merasa pernah menghadapi tantangan membersamai anak dalam penerapan Kurikulum Merdeka, tapi tantangan tersebut dapat diatasi seiring dengan waktu.

Ia mengungkapkan bahwa tantangan terbesar adalah memberikan pemahaman pada anak. Contoh, ketika anaknya melaksanakan proyek menanam tanaman di rumah saat kelas I. Saat itu, tanamannya kurang bisa tumbuh dengan baik, sementara guru meminta laporan perkembangannya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com