Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditinggal Kedua Orangtua, Rizqi Buktikan Bisa Kuliah di Kedokteran

Kompas.com - 06/11/2023, 21:12 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rizqi Adnan Dzaki datang dari keluarga yang mengalami keterbatasan ekonomi. Bahkan, sejak kecil pada usia 1 tahun 7 bulan, dia sudah diasuh oleh neneknya yang bernama Masitah.

Namun, hal itu tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk melanjutkan kuliah di bangku perguruan tinggi. Kini, dia sudah menjadi mahasiswa semester tiga, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako (Untad).

Orangtu Rizqi telah bercerai, dia sendiri tidak tahu seperti apa ayahnya. Ibunya telah menikah dan hidup dengan keluarga barunya di Tarakan.

Bersama neneknya, Rizqi hidup berdua di rumah kontrakan sederhana dengan mengandalkan penghasilannya dari membuka warung kelontong.

Baca juga: Kisah Mujab, Lulusan UI Gapai Beasiswa LPDP ke Inggris berkat Doa Ibu

Penghasilan yang didapatkan neneknya sekitar Rp 20.000 - Rp 30.000 per hari, sehingga tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keduanya.

Bersyukur, masih ada sanak saudara yang secara bergantian menolong ala kadarnya.

Di usia neneknya yang menginjak 56 tahun, membuatnya tidak bisa beraktivitas berat.

Belum lagi keluhan kesehatan yang kerap dirasakannya akibat penyakit diabetes, itu membuat ruang geraknya kian terbatas. Hal itu pula yang menjadi motivasi Rizqi untuk menjadi seorang dokter. 

"Hidup berdua dengan sang nenek membuat saya memiliki ikatan batin yang kuat. saya tidak bisa terpisahkan satu sama lain," kata dia dilansir dari laman Kemendikbud, Senin (6/11/2023).

Bahkan ketika Rizqi harus memilih sekolah, dia berusaha memilih jaraknya tidak jauh dari rumah.

Oleh karena itu, Rizqi sangat bersyukur ketika diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Tadulako, karena bisa kuliah sesuai dengan minat dan lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Sempat minder untuk sekolah dan kuliah

Dia mengaku, perceraian orangtuanya sempat membuatnya minder untuk sekolah dan kuliah. Apalagi, dia tidak tahu seperti apa sosok ayahnya.

Meski begitu, dia tak mau berlarut dalam kesedihan. Dia menyadari, hanya lewat pendidikan yang bisa membuat nasibnya berubah.

Baca juga: Kisah Nyoman, Lulusan Cumlaude ITB yang Lolos Beasiswa LPDP ke MIT

Maka dari itu, kesehariannya banyak diisi dengan belajar dan belajar. Hanya sesekali, dia keluar untuk bermain bersama teman sebayanya.

"Berkat bantuan pendidikan dari pemerintah, tadinya saya tidak ada harapan terutama untuk bisa melanjutkan pendidikan, sekarang jadi punya harapan. Saya bisa berkuliah sesuai dengan minat saya," kata pria yang menyukai pelajaran Biologi dan Kimia ini.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com