Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Pakai Teknologi Ini, Jadikan Sampah Sumber Keuntungan

Kompas.com - 19/10/2023, 15:40 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber ITB

KOMPAS.com - Sampah masih menjadi persoalan di mana saja. Bahkan ada TPA yang sudah penuh atau hampir penuh. Maka dari itu, butuh upaya bersama untuk mengurangi sampah di TPA.

Seperti pada Webinar Kontribusi ITB gelaran Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB), beberapa waktu lalu.

Dilansir dari laman ITB, Kamis (19/10/2023), salah satu pembicara, Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D., menyampaikan pengalamannya.

Yakni terkait keberhasilan Teknologi (Manajemen Sampah Zero) Masaro ITB di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.

Baca juga: Alumni ITS Inovasi Mobil Mikro Elektrik, Cocok Antar Paket Jarak Dekat

Dijelaskan bahwa Masaro merupakan pengelolaan sampah yang menghasilkan zero waste. Masaro mengubah paradigma sampah yang awalnya cost center (kumpul–angkut–buang) menjadi profit center (pilah–angkut–proses–jual).

Dengan konsep tersebut, TPA bisa diabaikan atau sampah di TPA akan berkurang karena sampah diolah menjadi produk.

Maka dari itu, dengan Masaro, sampah dijadikan bahan baku untuk berbagai bidang, dari pertanian hingga penguat jalan aspal.

"Ini bisa menjadi revolusi bagi pengolahan sampah, pertanian, dan peternakan. Memupuk satu hektare sawah cukup dengan satu kilo sampah, tidak perlu pupuk kimia," terangnya.

Adapun sampah dalam sistem pengolahan Masaro terbagi menjadi tiga jenis, yakni:

  • Sampah residu (anorganik): plastik, kayu, tisu, kertas bakar, popok, pembalut, kain, karpet.
  • Sampah daur ulang: plastik, logam, kertas, dan kaca.
  • Sampah membusuk baik yang mudah membusuk dan sulit membusuk. Sampah yang mudah membusuk: sampah makanan, sayur, buah, hingga jeroan diolah menjadi pupuk.

Baca juga: PNJ Inovasi Genteng dari Limbah Plastik, Harga Lebih Murah

Sebanyak 1 kg sampah mudah membusuk dapat menjadi 12 liter Pupuk Organik Cair Istimewa (POCI) maupun Konsentrat Pakan Organik Cair Istimewa (KOCI) yang harganya mencapai Rp 96.000.

Untuk sampah lambat membusuk meliputi daun, kulit buah keras, tulang, hingga kayu lunak diproses dengan pengomposan yang menggunakan sejumlah teknologi.
Pengomposan yang normalnya berbulan-bulan, kini hanya memerlukan waktu 7 hari saja.

Sedang sampah plastik, kertas tidak bernilai, pembalut, bungkus makanan, dan barang bekas yang dapat terbakar diolah dengan insenerator yang menghasilkan pestisida organik untuk mencegah hama tanaman dan pertanian.

Sebanyak 1 ton sampah bisa menghasilkan 4.000 liter pestisida organik.

Salah satu hasil dari penggunaan produk Masaro bagi pertanian di Tinumpuk, Indramayu, pada 2016.

Lahan pertaninan yang menggunakan produk Masaro bisa lebih cepat panen 2 minggu padahal ditanam lebih lambat 10 hari.

Selain itu, biaya yang dikeluarkan 2/3 lebih murah, tidak terkena hama, hasil lebih bersih, panen meningkat dari 5 ton menjadi 8,4 ton, dan pH tanah menjadi netral.

Baca juga: Seperti Ini Drone Ambulans Gagasan Inovasi Mahasiswa Itera

Ia berharap, teknologi tersebut dapat diterapkan lebih masif untuk penanganan sampah di Indonesia dan menjadikan bidang pertanian, peternakan, dan perikanan lebih bersih dan menguntungkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com