Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Ini Bahayanya Sampah jika Dibakar

Kompas.com - 24/08/2023, 09:37 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Buntut dari penutupan TPST Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadikan sampah semakin menumpuk.

Tak jarang ada warga yang kemudian membakar sampah. Pembakaran sampah sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan polusi udara.

Jika polusi udara, nanti akan seperti kondisi Jakarta yang saat ini kualitas udaranya kurang baik.

Sampah yang dibakar juga dapat menyebabkan risiko penyakit gangguan pernapasan, bahkan dapat memicu penyakit kanker.

Baca juga: Pakar UMM: Ini Penyebab Polusi Udara di Jakarta Berikut Solusinya

Hal itu yang dibahas pada Diskusi Pojok Bulaksumur bertajuk "Awas Sampah dan Udara Tak Sehat Mengancam", di Selasar Barat Gedung Pusat UGM, Senin (21/8/2023).

Hadir sebagai pembicara pakar cuaca dan iklim dari Fakultas Geografi, Dr. Emilya Nurjani, peneliti pengelolaan sampah terintegrasi dari Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Ir. Wiratni, Ph.D., dan Dokter Spesialis Paru FKKM UG, dr. Ika Trisnawati, Sp.PD (KP).

Menurut Wiratni, persoalan darurat sampah yang melanda DIY disebabkan karena daya tampung TPST Piyungan yang melebihi kapasitas.

Pada 2013 jumlah sampah yang masuk mencapai 397 ton setiap harinya dan pada 2023 ini sudah hampir mencapai 800 ton per hari.

Guna mengurangi beban TPA Piyungan, sudah saatnya sampah dikelola secara mandiri di tingkat desa hingga tingkat rumah tangga masing-masing.

"Sampah itu bisa dikelola secara mandiri dan skala kecil bisa menghasilkan uang," ujarnya, dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Pengamat Iklim UGM: Kemarau, Polusi Udara Makin Tinggi

Tentu, lanjut dia, pemerintah sudah berupaya maksimal. Hanya saja diperlukan dukungan dari masyarakat untuk membantu memilah dan mengolah sampah secara mandiri.

"Bukan masalah teknologinya tapi masyarakat kita tidak aware, kita masih berpikir asal sampah saya keluar dari rumah," kata dia.

Dijelaskan, sekitar 80 persen sampah di perkotaan itu sampah organik. Maka dari itu, perlu edukasi dan kampanye soal mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair.

"Umumnya sampah yang tidak bisa dikelola itu hanya 10 persennya saja. Jika seluruh warga Yogya melakukan pemilahan dan pengolahan sampah mandiri maka TPA tidak harus mengelola sampai sekian ratus ton sampah," jelasnya.

Dokter spesialis paru, dr. Ika Trisnawati Sp.PD (K)., mengatakan, membakar sampah bukan solusi dalam menyelesaikan persoalan sampah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com