Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unika Atma Jaya Telah Punya 27 Guru Besar Tetap

Kompas.com - 11/08/2023, 20:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya kembali mengukuhkan guru besar di tahun 2023, yaitu Prof. Dwinita Laksmidewi pada Jumat (11/8/2023).

Prosesi pengukuhan guru besar dibuka oleh Rektor Unika Atma Jaya, Dr. Agustinus Prasetyantoko dan dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar Unika Atma Jaya, Prof. Aloisius Agus Nugroho.

Baca juga: Ada Toilet Gender Netral di Salah Satu Sekolah Internasional, Kemendikbud Buka Suara

Rektor Unika Atma Jaya, Dr. Agustinus Prasetyantoko memberikan apresiasi kepada Prof. Dwinita.

"Kualitas cuaca di Jakarta yang sangat buruk di beberapa hari terakhir adalah ulah manusia, ulah kita sendiri. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ini yaitu dengan mendorong dan menuntut konsumen untuk berperilaku berkelanjutan. Orasi ilmiah yang disampaikan Prof. Dwinita sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini," kata dia dalam keterangannya.

Dengan ini, kata dia, secara resmi Unika Atma Jaya menambah jumlah anggota Dewan Guru Besar menjadi 27 guru besar tetap.

Dia berharap, pengukuhan ini dapat menjadi penyemangat dosendosen tetap lain di Unika Atma Jaya untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dan berjuang untuk menjadi guru besar.

"Walaupun jumlah profesor yang mengajar di Unika Atma Jaya cukup banyak, karena memang sudah menjadi guru besar saat masuk ke Unika Atma Jaya. Produktivitas Unika Atma Jaya dalam beberapa tahun ke belakang untuk mencetak Guru Besar dapat menjawab kekhawatiran terhadap jumlah guru besar tetap yang dimiliki," ucap Prof. Aloisius.

Saat penetapan guru besar, Prof. Dwinita menyampaikan orasi ilmiah dengan judul "Peran Keilmuan Pemasaran dalam Mendorong Perilaku Konsumen Berkelanjutan untuk Mendukung SDG's".

Baca juga: Mau Masuk SMA Taruna Nusantara? Cek Syarat Nilai Rapor dan Skor IQ

"Perilaku konsumen yang berkelanjutan adalah tindakan konsumen yang berdampak pada pelestarian lingkungan. Artinya konsumen yang secara sukarela memilih produkproduk yang ramah lingkungan," ungkap dia.

Prof. Dwinita menyoroti kesenjangan yang terjadi antara sikap dan perilaku konsumen terhadap berkelanjutan atau sustainable.

Terdapat 3 kelompok konsumen, yaitu Fresh Green Young Consumer, Light Green Young Consumer, dan Dark Green Young Consumer.

Lingkungan penting bagi mereka, tetapi keputusan dan perilaku pembelian dapat berbeda tergantung pada pemahaman pentingnya untuk berkelanjutan.

Baca juga: 10 PTS Terbaik di Yogyakarta, dari UMY hingga UAD

"Dari kelompok konsumen yang ada, kelompok konsumen muda "light green" menjadi responden terbanyak. Dimana mereka mempertimbangkan dampak lingkungan dalam
pengambilan keputusan, tetapi tidak selalu tercermin dalam keputusan pembelian. Inilah yang disebut oleh banyak peneliti sebagai kesenjangan sikap dan perilaku," ungkap Prof. Dr. Dwinita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com