Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teliti Jahe, Mahasiswa UI Ini Raih Gelar Doktor dengan IPK 3,99

Kompas.com - 07/07/2023, 15:10 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ini, jahe dikenal sebagai salah satu bumbu masakan. Selain terkenal sebagai bumbu, tanaman ini juga memiliki keunggulan yang banyak sebagai obat. 

Misalnya untuk mengatasi ganguan saluran napas, jahe bermanfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiobesitas, antidiabetes, antimikroba, antikanker, neuroproteksi, proteksi kardiovaskuler, dan proteksi.

Namun di tangan mahasiswa Program Doktor atau S3 Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Shirly Gunawan, senyawa pada jahe diteliti sebagai bahan alam dalam pengobatan Sindrom Metabolik (MetS).

Baca juga: Kisah Nurul, Ibu Rumah Tangga Peraih Gelar Doktor dengan IPK 4

Penelitian yang ditulis dalam disertasi berjudul “Efek Modulasi 6-gingerol pada Model Tikus Sindrom Metabolik: Fokus pada Jalur Endoplasmic Reticulum Stress” ini membawa dr. Shirly meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI dengan IPK cumlaude 3,99.

Dia menuturkan, MetS merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2).

Seseorang dikatakan menderita MetS apabila mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), abnormalitas kadar lemak dalam darah (dislipidemia), kadar trigliserida tinggi (hipertrigliseridemia), kadar gula darah tinggi (hiperglikemia), dan obesitas dengan penumpukan lemak di perut. 

Baca juga: Maulana, Siswa SMA Semarang, Diterima 21 Kampus Bergengsi Luar Negeri

Menurut dr. Shirly, prevalensi atau jumlah keseluruhan kasus MetS secara global kian meningkat.

Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), dari 35 persen populasi dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 50–60 persen mengalami MetS.

Di Cina, MetS dialami oleh sekitar 58,1 persen dari populasi berusia lebih dari 60 tahun.

Sementara di Indonesia, angka MetS mencapai 23 persen. Sayangnya, tingginya angka prevalensi MetS tidak diimbangi dengan pengobatan yang adekuat.

"Hingga saat ini, belum ada obat tunggal untuk mengatasi MetS. Pada umumnya, pasien dengan MetS mendapat pengobatan yang bersifat polifarmasi (penggunaan beberapa obat secara bersamaan) sehingga memengaruhi kepatuhan (compliance) pasien dalam berobat," kata dr. Shirly dilansir dari laman UI

Hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk menganalisis efek modulasi, salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam jahe, yaitu 6-gingerol terhadap MetS dengan fokus pada jalur endoplasmic reticulum stress atau ER stress.

dr. Shirly menilai jalur ER stress berperan penting terhadap terjadinya MetS. ER stress adalah kondisi akumulasi unfolded atau misfolded protein pada lumen retikulum endoplasma (RE).

Kondisi ini akan mengaktivasi jalur sinyal Unfolded Protein Response (UPR) dengan target utama pada organ hati, jaringan lemak, usus, dan otot rangka.

UPR mampu meredakan ER stress, menjaga keseimbangan RE, serta meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan sel.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com