Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Peretasan BSI, Dosen Unair Jelaskan Ciri-ciri Ransomware

Kompas.com - 18/05/2023, 14:17 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari yang lalu, nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) resah karena tak bisa menarik uang dan transaksi online akibat ransomware.

Apalagi ketika ada cuitan LockBit 3.0 yang mengaku bertanggung jawab atas gangguan yang mengenai BSI tersebut. Mereka mengaku telah mencuri 15 juta data pengguna dan mengancam untuk menyebarkannya.

Walaupun belum ada konfirmasi, cuitan tersebut menandakan bahwa masyarakat harus terus mawas diri dengan serangan siber.

Bagaimanapun, serangan perangkat lunak berbahaya seperti Ransomware tersebut perlu diantisipasi. Apa itu ransomware?

Baca juga: 5 PTN Buka Jalur Rapor 2023 Jenjang D3, D4 dan S1

Dosen Teknologi Sains Data Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair), Dr. Maryamah menjelaskan jika virus tersebut sengaja menyebabkan gangguan baik pada komputer atau jaringan komputer.

“Ransomware merupakan jenis malware yang mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban, mengambil informasi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan kecuali peretas mendapatkan uang atau ransom sesuai keinginannya,” ujarnya dilansir dari laman Unair.

Ciri-ciri hacker

Menurutnya, biasanya peretas atau hacker akan mengancam pemilik data dengan sejumlah uang.

Jika tidak terpenuhi maka peretas akan mempublikasikan data pribadi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan.

Pada kasus BSI, peretasan data merupakan data nasabah bank yang berisi informasi rekening, akun mobile banking hingga informasi lain yang telah berisi uang.

“Peretas tidak perlu meminta sejumlah uang kepada customer karena dapat langsung menguras isi rekening dari pengambilan data customer,” tambahnya.

Baca juga: Kapan Tes SKD 8 Sekolah Kedinasan 2023? Catat Jadwalnya

Ia menambahkan, ketika peretasan terjadi sebaiknya segera laporkan kepada pihak berwajib agar tim siber dapat segera menangani dan jangan panik hingga gegabah dalam mengambil keputusan.

Selain itu, jika peretas meminta tebusan sebaiknya tidak langsung diberikan karena kita tidak memiliki kepastian apakah data akan kembali setelah uang diberikan.

“Beberapa peretas memanfaatkan kondisi psikis dari korban yang panik dengan menawarkan uang namun itu bukan solusi yang terbaik,” ungkapnya.

Cara mengatasi peretasan

Ia mengimbau agar masyarakat selalu waspada dalam menggunakan teknologi. Selain itu juga jangan mudah untuk mengakses tautan-tautan asing yang masuk di sosial media. 

Baginya, sistem berbasis komputer sangat rentan dengan adanya hacking jika tidak ada pembaharuan keamanan sistem secara berkala.

Kita pun mampu menjaga keamanan data dengan cara-cara sederhana, seperti rutin mengubah password secara berkala, hingga memperbaharui software.

Lebih dari itu, ia menambahkan untuk selalu berhati-hati dalam menyebar data-data privasi seperti NIK atau yang lainnya.

Baca juga: 6 Cara Melindungi Data Pribadi di Era Digital

“Sering melakukan update perangkat baik smartphone atau laptop. Jangan menggunakan wifi publik yang tidak terpercaya terutama untuk mengakses website atau aplikasi data sensitif seperti mobile banking dan internet banking,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com