Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPG Masih Impor, PSE UGM: Pemerintah Harus Konversi ke Kompor Listrik

Kompas.com - 29/11/2022, 16:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini, Indonesia masih ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Bahkan setiap tahun mengalami peningkatan.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir. Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D., dalam webinar, Selasa (29/11/2022).

Karenanya, ia mendorong pemerintah untuk melakukan konversi kompor gas ke kompor listrik untuk mengurangi ketergantungan LPG.

Selain itu, konversi tabung gas ke kompor listrik ini juga mendorong peningkatan pemakaian listrik di kalangan masyarakat.

Baca juga: Bincang RAISA Radio UGM Bahas Gejala Neuropati Diabetik

Sebab saat ini beberapa pembangkit PLN mengalami kelebihan kapasitas daya listrik pasca proyek pembangunan listrik 35 ribu Megawatt.

"Kita sepakat bila ada kebijakan ke kompor listrik untuk mengganti LPG untuk mendukung elektrifikasi. Kita tahu 80 hingga 90 persen LPG yang dipakai adalah impor," ujarnya dikutip dari laman UGM.

PLN alami kelebihan kapasitas produksi

Dijelaskan, kini PLN mengalami kelebihan kapasitas produksi, sementara kebutuhan listrik tidak begitu efisien. Kelebihan daya listrik yang dihasilkan itu mencapai 30-40 persen di beberapa PLTU.

"Kapasitas yang berlebih dengan investasi yang besar, tentunya ada peningkatan biaya risiko yang harus dikeluarkan," katanya.

Hal itu karena proyek listrik 35 ribu Megawatt yang dicanangkan pemerintah cukup berhasil. Hanya saja, dari sisi kapasitas yang cukup besar tersebut belum diikuti permintaan kebutuhan listrik baik di industri dan masyarakat umum.

Baca juga: Ini Penyebab Keracunan Obat dan Cara Penanganannya dari Dosen UGM

"PLN sukses membangun PLTU dengan kapasitas yang sangat besar. Akan tetapi kapasitas pembangkit jauh melebihi kebutuhan," tambah dia.

Karenanya, dengan program elektrifikasi dan penggunaan kompor listrik diharapkan bisa memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi listrik PLN.

Selain penggunaan kompor listrik untuk skala rumah tangga ia juga sepakat pemerintah perlu mendorong penggunaan energi listrik untuk alat transportasi.

Sementara Pakar Energi Terbarukan dari Yayasan Purnomo Yusgiantoro Center, Filda C Yusgiantoro, MBA., Ph.D., mengatakan realisasi kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional masih berada di bawah target yang telah ditetapkan.

Selain itu, batu bara masih mendominasi bauran energi nasional Indonesia khususnya sektor pembangkit listrik Indonesia.

Padahal, Indonesia memiliki sebagian besar sumber EBT dunia, namun pemanfaatannya masih rendah dengan potensi sumber daya sebesar 3.697 GW dan pemanfaatannya masih sekitar 11,6 GW atau 0,31 persen dari total potensi.

Baca juga: Dosen UGM: Seperti Ini Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil yang Tepat

Ia pun merinci beberapa sumber energi terbarukan yang tersedia di Indonesia seperti energi panas matahari, energi angin, air, bio energi, panas bumi, energi gelombang laut dan energi nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com