Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: KDRT dalam Keluarga Bisa Hancurkan Psikis Anak

Kompas.com - 11/10/2022, 11:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Psikolog Klinis UGM, Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan pasangan suami istri akan memberi dampak buruk bagi psikis anak.

Bahkan dampaknya bisa mengganggu kesehatan mental mereka.

Baca juga: Konten Prank KDRT Baim Wong, Pakar Unair: Tindakan Tak Hormati Hukum

"Anak cenderung memiliki kecenderungan mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), depresi bahkan pikiran atau perilaku yang mengarah pada upaya bunuh diri," ucap dia melansir laman Antara, Selasa (11/10/2022).

Dia mengaku, ketika menyaksikan KDRT juga bisa memicu kecemasan dan ketakutan akan pengabaian orang dewasa.

Biasanya, kata, dia orang dewasa atau orangtua dalam kondisi tidak sehat secara mental, maka akan mempengaruhi mereka dalam merawat dan mengasuh anak.

Ada penelitian yang menyebut jika sering menyaksikan atau berada pada situasi tertekan terus-menerus dapat membuat anak mengalami gangguan perkembangan pada otaknya, sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir, berbahasa, emosi dan perilaku, lanjut dia.

Bukan hanya itu, perilaku yang tidak baik dalam KDRT bisa ditiru oleh anaknya.

Hal itu membuat kekerasan akan terulang kembali pada masa depan.

"Ketika anak sudah mencapai usia 5 tahun ke atas, perilaku agresif yang ditunjukkan orangtua dapat membuat anak meniru perilaku agresif tersebut dan diterapkan sebagai cara dia menyelesaikan masalahnya di kemudian hari," ucap perempuan yang juga jadi Anggota Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia.

Psikolog Klinis Dewasa dari UI, Annisa Prasetyo Ningrum mengatakan, KDRT dalam keluarga bisa menjadikan pengalaman yang buruk bagi anak, sehingga membuat mereka trauma.

Baca juga: Dosen UM Surabaya Bagikan 9 Cara Pulihkan Mental Korban KDRT

Karena, keluarga seharusnya bisa memberikan rasa aman, justru memberikan atau menunjukkan kekerasan.

Pada akhirnya memunculkan rasa takut dan marah pada anak.

"Pengalaman menyaksikan atau mengalami KDRT saat masa anak-anak sering menjadi salah satu faktor prediktor berkembangnya masalah perilaku, pengendalian emosi, atau masalah belajar di kemudian hari," ungkap dia.

Cara pulihkan anak akibat KDRT

Annisa mengaku langkah awal untuk pulihkan anak akibat KDRT adalah mengusahakan anak dalam lingkungan yang aman.

Maka dari itu, butuh kerja sama dari keluarga, sekolah, lingkungan maupun tenaga kesehatan dalam pemulihan kondisi anak.

Dengan memberikan rasa aman dan nyaman, maka membuat anak terbuka dalam membahas apa yang dialami dan dirasakan saat terjadi KDRT dalam keluarganya.

Baca juga: 5 Negara yang Penduduknya Paling Malas di Dunia, Indonesia Nomor 1

"Jangan lupa orang-orang sekitar juga wajib membantu, agar anak bisa mengelola emosinya lebih baik lagi," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com