Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lintas Jurusan di Seleksi Masuk PTN 2023, Ini Respons Rektor Unair

Kompas.com - 09/09/2022, 16:15 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Sumber UNAIR News

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim telah mengumumkan perubahan sistem seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk tahun 2023 dalam Merdeka Belajar Episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang diluncurkan pada Merdeka Belajar episode ke-22, Rabu (7/9/2022).

Nadiem mengatakan, hadirnya berbagai perubahan dalam proses seleksi masuk PTN merupakan perwujudan dari gagasan bahwa bangsa yang maju selalu memberi kesempatan kepada orang-orang yang memiliki bakat dan bekerja keras.

"Melalui skema proses seleksi masuk PTN yang mulai dilaksanakan di tahun 2023 mendatang, saya percaya ini adalah langkah penting dalam menciptakan terobosan bagi pemajuan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang lebih adil dan transparan," ujar Nadiem.

Baca juga: Kemendikbud Ubah Aturan Seleksi SNMPTN, SBMPTN, Jalur Mandiri PTN 2023

Salah satu perubahan skema terjadi di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2023, di mana tes mata pelajaran dihapuskan.

Alasan dihapusnya tes mata pelajaran dikatakan Nadiem karena materi TKA dalam SBMPTN dirasa sangat membebani peserta didik maupun guru. Di mana ujian dilakukan dengan menggunakan banyak materi dari banyak mata pelajaran yang secara tidak langsung memicu turunnya kualitas pembelajaran. Selain itu, banyak siswa yang harus melakukan bimbingan belajar (bimbel) di luar sekolah.

Rektor Unair minta kaji ulang

Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Airlangga (Unair), Prof Mohammad Nasih menuturkan bahwa aturan tersebut perlu diperinci dan ditinjau ulang terutama mengenai lintas jurusan.

Baca juga: Tes Mata Pelajaran Dihapus, Kenali Dulu Tes Potensi Skolastik di UTBK

Menurutnya, peminatan sejak SMA, MA atau sederajat tetap perlu dipertimbangkan agar peserta didik dapat mengikuti perkuliahan dengan baik.

“Meskipun sesungguhnya tesnya adalah tes skolastik semata, tetapi di semua hal termasuk kemungkinan akan ada persyaratan tertentu di prodi-prodi tertentu itu,” ujarnya dalam keterangan tertulis Unair.

Ilustrasi mahasiswa sedang studi dok. Shutterstock Ilustrasi mahasiswa sedang studi

Setiap program studi memerlukan bekal khusus

Baginya, linearitas antara jenjang SMA dan perguruan tinggi tetap harus dipertimbangkan. Sebab, pada jenjang universitas mahasiswa juga dituntut untuk memiliki dasar yang cukup mumpuni untuk mengikuti mata kuliah yang diajarkan.

“Walaupun ini tidak bisa menjadi syarat program studi, maka kita bisa meminta portofolio untuk program studi-program studi yang ada di Unair. Sehingga pendaftar nantinya, setidaknya harus menyerahkan rapor mata pelajaran yang relevan dengan program studi yang ada,” jelas Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair tersebut.

Hal tersebut sebagai bentuk penghargaan bagi para siswa yang telah menempuh pelajaran selama tiga tahun di SMA.

Prof Nasih mengatakan, ketika merdeka belajar justru diartikan sebagai kebebasan yang terlalu liberal, maka hal tersebut merupakan pemborosan.

“Kami selalu memberikan warning bagi masyarakat, bahwa setiap program studi itu memerlukan bekal khusus agar bisa lancar dalam menempuh studinya dan juga kami tidak segan-segan untuk memberikan evaluasi pada satu tahun pertama,” tambahnya.

Prof Nasih pun menekankan bahwa pendaftaran jalur mandiri Unair akan dijamin transparansi dan kejujurannya. Termasuk seleksi jalur mandiri ke depan.

Ia pun menyampaikan akan memberikan uang bagi mereka yang mampu melaporkan dengan disertai bukti apabila terdapat kasus suap-menyuap dalam pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com