Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2022, 11:44 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Tak sedikit orangtua merasa khawatir saat anaknya tidak bisa diam, berlarian, seakan energinya tak pernah terkuras.

Bahkan, kondisi anak yang tak bisa diam ini memicu dugaan orangtua atau orang dewasa di sekitar bahwa sang anak mengalami hiperaktif.

Perilaku hiperaktif tersebut memang patut diwaspadai, sebab perilaku itu dapat merugikan diri anak sendiri.

Hiperaktif dapat menyebabkan anak sulit untuk berkonsentrasi sehingga berisiko tinggi mengalami kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa

Selain itu, hiperaktif juga berisiko membuat anak gagal dalam mempertahankan pertemanan, bersosialisasi dan lain sebagainya.

Cara membedakan anak aktif dan hiperaktif

Meski begitu, dokter spesialis anak Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Ristantio meminta orangtua dan orang dewasa untuk jangan buru-buru menilai hiperaktif.

Ia mengatakan bahwa perilaku anak-anak memang seharusnya begitu, yakni berlari ke sana ke sini. Malah ketika si anak hanya diam-diam saja, orang tua sepatutnya harus waspada.

“Tapi anak itu memang harus begitu . (Kalau) anak diam saja, jangan-jangan kurang hormon tiroid atau mungkin anemia gitu,” tutur Ristantio dalam talkshow kesehatan "Anak Terlindungi, Indonesia Maju", dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada.

Ristantio kemudian menunjukkan salah satu cara untuk membedakannya.

Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran di 5 Kampus Swasta Terbaik Indonesia 2022

Ia mengatakan terdapat satu kata kunci yang membedakan anak aktif dengan hiperaktif, di mana anak-anak hiperaktif cenderung destructive atau merusak, sedang anak aktif tidak.

“Itu adalah cara “kasar” untuk mencurigai bahwa itu adalah suatu hiperaktif. Ini hanya (terjadi pada sebagian) kecil, sebagain besar bocah berlarian ke sana kemari itu masih normal karena memang harus seperti itu,” jelas Ristianto

Ristianto mencontohkan ketika anak hiperaktif mendapati gelas yang ada di atas meja, dia malah sengaja menyenggol agar jatuh dan pecah.

Sedang anak aktif yang menyenggol benda tertentu dan berakibat pecah akan kaget, terdiam, dan merasa bersalah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com