Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jubir Satgas RS UNS: Indonesia Berada Gelombang Ketiga Covid-19

Kompas.com - 22/07/2021, 20:22 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pertambahan kasus Covid-19 melonjak drastis hingga sejumlah rumah sakit kewalahan menangani pasien positif.

Belum lagi permasalahan tenaga kesehatan (nakes) yang turut terpapar virus corona hingga akhirnya banyak nakes gugur.

Menurut Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, sebenarnya Indonesia tengah dilanda gelombang ketiga Covid-19 melihat kondisi saat ini. 

Baca juga: Mahasiswa Wajib Tahu, Begini Tips Investasi di Masa Pandemi

Indonesia berada di gelombang ketiga Covid-19

Tonang mengatakan, Indonesia pernah menjadi yang tertinggi dan terbanyak di Asia. Tapi saat ini jumlah kasus Covid-19 sedang turun.

"Posisi ini menggambarkan kita sebenarnya ada di gelombang ketiga. Hanya gelombang pertama seolah-olah tidak merasakan," terang Tonang Dwi Ardyanto seperti dikutip dari laman UNS, Kamis (22/7/2021).

Berdasarkan realita di lapangan, Tonang mengungkapkan, saat ini Instalasi Gawat Darurat (IGD) di sejumlah RS mengalami pertambahan antrean yang banyak. Contohnya saja di RS UNS, antrean di IGD bisa mencapai 20-25 orang.

"Di RSUD Moewardi bisa sampai 60. Ada yang sampai di tenda, ada yang di selasar. Pasien menunggu untuk kamar. Itu kondisi hari ini yang tidak kita sangka," ungkap Tonang.

Baca juga: Susu Steril dan Labu Kuning Sembuhkan Covid-19? Ini Kata Para Pakar

Tonang menjelaskan, jika pemerintah jadi melonggarkan PPKM, hal yang perlu diperhatikan adalah potensi lonjakan kasus Covid-19.

Dengan merebaknya Covid-19 varian Delta dari India, membuat pertambahan kasus Covid-19 di Inggris dan Malaysia melonjak drastis, bahkan lebih tinggi daripada Indonesia.

Namun perlu diperhatikan adalah angka kematian pasien akibat Covid-19 Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malaysia dan Inggris.

"Sebenarnya kita belum setinggi Malaysia dan UK tapi dalam hal angka kematian harus kita akui hampir mengalahkan Malaysia, walaupun kasusnya Malaysia lebih berlipat dari kita," jelasnya.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Bagikan Tips Dampingi Anak Ikuti Belajar Daring

Belajar dari negara lain

Tonang meminta agar pemerintah Indonesia banyak belajar dari negara-negara lain dalam pengambilan keputusan untuk pembatasan aktivitas masyarakat dan vaksinasi Covid-19.

Ia mendorong Kementerian Kesehatan untuk menggencarkan tes Covid-19 hingga 15 kali lipat dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini pernah dilakukan India saat Covid-19 varian Delta pertama kali merebak di negara tersebut.

"Saat ini kita masih tinggi. Kalau antigen saja kita 29,1 persen. Kalau PCR 38,6 persen. Kemarin sempat 47,6 persen jadi belum stabil posisi kita," kata Tonang.

Dia menambahkan, pemerintah sebaiknya perlu mengkaji ulang pelonggaran PPKM, sebab persentase masyarakat yang baru mendapat suntikan pertama dengan suntikan kedua vaksin Covid-19 belum mencapai target.

Baca juga: Siswa, Ini 4 Penyebab Manusia Bisa Lupa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com