Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grace Kurniadi Jadi Psikolog Tuli Pertama di Indonesia

Kompas.com - 10/02/2021, 19:16 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perjuangan Grace Kurniadi sebagai penyandang Tuli selama kuliah di Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara berbuah manis.

Grace kini menjadi Psikolog tuli pertama di Indonesia. Tentu bukan hal mudah bagi Grace saat mengikuti pembelajaran dalam kelas.

Ia menceritakan, dulu saat perkuliahan berlangsung Grace agak kesulitan membaca gerak bibir seseorang.

“Kendala yang saya alami dengan adanya ketulian dalam proses belajar, yaitu sulitnya menangkap gerakan bibir jika orang yang berbicara membelakangi saya, senang berjalan-jalan, berbicara terlalu cepat atau berkumur-kumur gerakan bibirnya, ataupun artikulasinya tidak jelas," ujarnya.

Grace juga mengatakan, kendala lainnya saat ia berada dalam kelompok perkuliahan. "Hal lainnya, saya kurang bisa menanggapi dengan cepat jika masuk ke dalam kelompok lebih dari empat orang,” imbuh dia.

Baca juga: Kemendikbud: Anak Berkebutuhan Khusus Harus Peroleh Pendidikan

Meski sulit, Grace tidak pantang menyerah. Ia selalu berusaha mengatasi masalahnya dengan berkomunikasi ke dosen. Khususnya, terkait perkuliahan yang ia ambil seperti berkomunikasi untuk menjelaskan kondisinya serta meminta dosen tersebut untuk berbicara lebih perlahan agar mudah dipahami.

Termasuk merekam proses perkuliahan untuk bisa diputar ulang kembali di rumah untuk memastikan tidak ada yang terlewat.

Menurutnya, dalam menghadapi tantangan yang ada selama kuliah perlu adanya perubahan cara berpikir. Termasuk, memiliki sikap terbuka dan memiliki kemauan untuk menerima keadaan.

Baca juga: 3 Strategi Atasi Tantangan PJJ Anak Berkebutuhan Khusus

Selain itu, peran dan dukungan keluarga serta teman-temannya sangat membantunya selama ini. Profesionalitas dosen pun turut mendukung dalam penyelesaian studinya.

“Untuk bisa melewati kesulitan-kesulitan tersebut, saya perlu mengubah pola pikir di dalam diri menjadi lebih positif, keterbukaan diri untuk meminta bantuan dan kemauan untuk menerima apapun keadaan diri sendiri," kata dia.

Ia mengatakan berkat bantuan dan dukungan teman-temannya selama proses perkuliahan menjadi penyemangat untuk terus berjalan menyelesaikan yang sudah dimulai.

"Para dosen pun juga tidak keberatan untuk menjelaskan kembali di luar jam kelas. Orang tua pun juga terus mendorong untuk tetap maju, meski jika saya perlu mengulangi lagi. Tidak dari orang tua saja, saya juga mendapatkan dorongan dari hal yang saya amati pada lingkungan teman, dosen, dan juga buku yang saya baca,” katanya.

Grace kemudian menceritakan, awal mula memilih profesi psikolog dengan keterbatasannya saat ini. Ia mengatakan, ide untuk mencoba masuk ke dunia psikolog atas usulan orangtua dan masukan dari teman-temannya.

“Saya memilih pendidikan sebagai psikolog berawal dari usulan orang tua. Mereka melihat saya sering menjadi tempat bercerita bagi teman-teman di masa SMP dan SMA. Saya juga senang untuk mengamati hubungan antarmanusia,” katanya.

Baca juga: Orangtua, Begini Cara Hadapi Anak Berkebutuhan Khusus

Jurusan pilihan Grace, yakni Pendidikan Profesi Psikolog merupakan salah satu jurusan unggulan di Universitas Tarumanagara. “Jurusan tersebut hanya tersedia di Universitas Tarumanagara dan berada di area yang paling dekat dengan Jakarta. Selain itu, karena akses transportasi lebih mudah, dan juga ada satu mata kuliah yang jarang ada di kampus lain seperti art therapy, yang menurut saya menjadi nilai tambah dari Pendidikan Profesi Psikolog di Universitas Tarumanagara,”jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com